REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Beredar konten di media sosial yang menyebutkan bahwa memeluk pohon dapat meredakan stres. Menanggapi hal tersebut, dosen Fakultas Kedokteran IPB, dr Widya Eka Nugraha, mengatakan manfaat tersebut memang bisa dirasakan, namun perlu dilakukan dalam konteks yang tepat yakni melalui forest bathing atau terapi alam.
"Sebagian besar penelitian terkait pengaruh pohon terhadap stres dilakukan melalui setting forest bathing, bukan hanya dengan memeluk pohon semata," kata dr Widya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (7/8/2025).
Forest bathing atau dikenal juga dengan istilah sylvotherapy dan tapa hijau, merupakan praktik menyatu dengan alam yang mencakup aktivitas berjalan di hutan, menghirup udara segar, menyentuh pepohonan, serta melakukan meditasi kesadaran penuh (mindfulness). Dalam konteks ini, berbagai penelitian menunjukkan manfaat positif terhadap kesehatan mental, terutama dalam meredakan stres ringan hingga sedang.
Ia menyebut, manfaat dari memeluk pohon dalam forest bathing dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, seperti stimulasi sensorik, pelepasan hormon oksitosin, serta paparan senyawa alami dari pepohonan seperti phytoncides. Aktivitas ini juga dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang membantu tubuh merasa lebih rileks dan damai.
Namun demikian, ia menegaskan manfaat memeluk pohon secara terpisah dari praktik forest bathing masih belum memiliki cukup bukti ilmiah. "Belum cukup bukti ilmiah yang mendukung manfaat memeluk pohon secara terpisah dari praktik forest bathing," kata dia.
la mengatakan forest bathing tetap bukan pengganti pengobatan medis, terutama bagi penderita gangguan kejiwaan berat. "Forest bathing cocok untuk stres ringan hingga sedang, seperti kelelahan emosional, kecemasan ringan, atau burnout," katanya.
Widya mengatakan, durasi praktik forest bathing pun bervariasi, mulai dari 50 menit hingga 24 jam, tergantung kebutuhan dan kondisi individu. la menekankan pentingnya memahami bahwa memeluk pohon hanyalah salah satu bagian dari terapi alam secara menyeluruh.
Saat ini, terdapat lebih dari 5.000 artikel ilmiah mengenai forest bathing atau shinrin yoku di Google Scholar, dengan sebagian besar riset berasal dari Jepang dan Korea Selatan. "Forest bathing bisa menjadi bagian dari pendekatan holistik untuk menjaga kesehatan mental, bersama olahraga, meditasi, dan terapi profesional," kata dia.