Ternyata, hal ini bukan cuma asumsi. Penelitian dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa waktu makan memang bisa memengaruhi cara tubuh bekerja, terutama dalam mengatur rasa lapar dan menyimpan energi. Dalam studi tersebut, para peneliti menemukan adanya hubungan antara kebiasaan makan larut malam dengan perubahan regulasi makan yang bisa meningkatkan risiko obesitas.
Mengutip website Harvard Medical News, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism (2022) ini, mengungkapkan bahwa makan terlalu malam bisa mengganggu kadar hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang serta memperlambat pembakaran energi. Kalau terus berlangsung, kondisi ini bisa membuat berat badan naik seiring waktu.
Untuk menemukan hasil ini, para peneliti melibatkan 16 peserta yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Para peserta diminta menjalani dua jadwal makan berbeda, yaitu satu dengan waktu makan lebih awal dan satu lagi dengan jadwal makan yang sama, tetapi dimundurkan sekitar empat jam.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa makan di jam yang lebih larut berdampak signifikan pada rasa lapar dan hormon pengatur nafsu makan, seperti leptin dan ghrelin. Kadar hormon leptin yang memberi sinyal kenyang pada tubuh, terpantau lebih rendah selama 24 jam dalam kondisi makan larut malam, yakni turun sekitar 6 persen dibanding makan lebih awal.
Penurunan leptin ini bisa membuat tubuh jadi merasa lebih lapar dan sulit kenyang, sehingga bisa mendorong asupan makanan yang lebih banyak. Jika dibiarkan, maka hal ini berisiko menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas.
Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan bahwa makan lebih malam membuat tubuh membakar kalori lebih lambat. Dalam studi ini, gen di jaringan lemak menunjukkan respons yang mendorong tubuh untuk menyimpan lebih banyak lemak (adipogenesis).
Selain itu, proses pemecahan lemak (lipolisis) juga terpantau menurun. Padahal, lipolisis penting untuk membantu tubuh mengurangi cadangan lemak yang berlebih. Jika kedua kondisi ini terjadi secara terus-menerus, maka risiko peningkatan berat badan pun akan semakin besar.
Nina Vujović, salah satu penulis studi ini, menyimpulkan bahwa makan lebih larut dengan hanya memundurkan waktu makan sekitar empat jam dari biasanya dapat memberikan dampak signifikan terhadap regulasi nafsu makan yang bisa meningkatkan risiko obesitas.
“Dan kami menemukan bahwa makan empat jam kemudian membuat perbedaan yang signifikan pada tingkat rasa lapar kita, cara kita membakar kalori setelah makan, dan cara kita menyimpan lemak,” jelas Nina.
Peneliti dalam studi ini secara sengaja mengontrol berbagai faktor, seperti jumlah kalori yang dikonsumsi, aktivitas fisik, durasi tidur, hingga paparan cahaya. Tujuannya adalah, untuk memastikan bahwa satu-satunya variabel yang berbeda antar kelompok hanyalah waktu makan. Dengan begitu, hasil penelitian ini benar-benar merefleksikan dampak langsung dari waktu makan terhadap tubuh.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari, waktu makan tidak bisa dilihat secara terpisah. Frank AJL Scheer, salah satu penulis studi ini, menekankan bahwa kebiasaan makan larut malam juga bisa memengaruhi kualitas tidur, pola aktivitas harian, dan bahkan seberapa banyak makanan yang dikonsumsi.
Jadi, meskipun studi ini menunjukkan adanya kaitan kuat antara makan larut malam dan peningkatan risiko obesitas, efek sebenarnya di dunia nyata bisa jauh lebih kompleks karena banyaknya faktor yang saling berkaitan.
"Dalam stu...