INFO NASIONAL - Persaingan ekonomi global harus siap dihadapi terutama oleh generasi muda Indonesia. "Vietnam sudah melampaui angka pertumbuhan 7 persen. Vietnam jumlah populasi penduduknya hanya 100 juta, Negara kita populasi penduduknya 280 juta. Artinya, lebih daripada dua kali populasi Vietnam. Secara wilayah, kita jauh lebih besar. Secara potensi alam, kita jauh lebih luar biasa, lebih banyak dan beraneka ragam,” kata Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu kepada mahasiswa baru Universitas Trisakti dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Trisakti di Jakarta, 25 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Wamen Todotua menekankan pentingnya generasi muda mempersiapkan diri dalam era kompetisi global. Hal ini penting untuk mendorong tujuan bangsa ini meraih kemakmuran di era Indonesia Emas 2045.
“Generasi muda yang hari ini berusia 18 tahun akan menjadi ujung tombak bangsa di tahun 2045. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri sejak dini dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang relevan,” ujar pria yang akrab disapa Todo.
Todo menjelaskan, pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 8 persen hingga 2029 mendatang. Capaian target pertumbuhan ekonomi itu penting untuk keluar dari middle income trap. “Tiga motor untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen adalah konsumsi, investasi dan ekspor. Ini akan terus kita dorong,” ujarnya.
Tahun 2045 akan menjadi momen penting dalam perjalanan bangsa, yakni 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Pemerintah menargetkan Indonesia dapat bertransformasi dari negara berkembang menjadi negara maju yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam forum tersebut, Todotua juga menyoroti pentingnya hilirisasi sebagai strategi kunci dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia. “Selama ini kita masih mengekspor bahan mentah dan mengimpor kembali produk jadi dengan harga lebih mahal. Melalui hilirisasi, seluruh proses pengolahan harus dilakukan di dalam negeri agar memberikan dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi,” kata Todo yang juga alumni Trisakti angkatan 1998.
Dari sisi cadangan sumber daya alam, Indonesia memiliki potensi besar di berbagai komoditas strategis, mulai dari nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik, ikan tuna sebagai komoditas unggulan perikanan, hingga kelapa yang menyumbang 20–30 persen kebutuhan dunia.
Menurut Wamen Todotua, pengelolaan sumber daya alam ini harus ditopang oleh investasi, teknologi, dan sumber daya manusia unggul. “Kita bisa belajar dari Tiongkok bagaimana mereka membangun ekosistem melalui investasi dan teknologi,” ucapnya.
Berdasarkan data realisasi investasi bidang hilirisasi semester I 2025, total nilai realisasi investasi hilirisasi mencapai Rp280,8 triliun. Nilai tersebut menyumbang sebesar 29,8 persen dari total realisasi investasi semester I 2025. Mineral menjadi sektor dengan nilai terbesar dalam realisasi investasi bidang hilirisasi yaitu sebesar Rp193,8 triliun, disusul oleh sektor perkebunan dan kehutanan dengan nilai total Rp67,4 triliun.
Selanjutnya, sektor minyak dan gas bumi sebesar Rp17,3 triliun, serta sektor perikanan dan kelautan dengan total Rp2,3 triliun. Capaian realisasi investasi hilirisasi tersebut menunjukkan bahwa hilirisasi bukan lagi hanya strategi, melainkan telah menjadi penggerak penting perekonomian Indonesia. (*)