
LAHAN pertanian di Desa Sukabungah, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, merupakan tadah hujan. Di wilayah itu tidak memiliki sistem pengairan irigasi permanen.
Kondisi itu membuat pemerintah desa harus memutar otak agar ketersediaan produksi beras lokal bisa tetap terpenuhi. Caranya dengan mengoptimalkan pabrik penggilingan padi.
Kepala Desa Sukabungah, E Juanda, mengatakan optimalisasi penggilingan padi merupakan bagian program ketahanan pangan. Pengelolanya merupakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sinarmulya.
"Lahan pertanian di wilayah kami sangat bergantung pada curah hujan. Kami tak punya sistem pengairan irigasi permanen. Jadi, kita optimalkan program ketahanan pangan melalui penggilingan padi," katanya, Rabu (27/8).
Dia menuturkan, sawah tadah hujan membuat panen padi di wilayah Desa Sukabungah hanya sekali dalam setahun. Kondisi itu membuat perlu dilakukan upaya stabilitasi harga agar tak melonjak.
"Pasokan air cukup susah. Karena itu, adanya penggilingan padi diharapkan bisa menyetok beras lokal, sehingga bisa menstabilkan harga karena panen hanya sekali dalam setahun," tuturnya.
Di pabrik terdapat mesin penggilingan gabah. Terdapat tiga orang pekerja yang bekerja sejak pagi sampai malam. Beras hasil penggilingan kemudian ditampung di BUMDes Sinarmulya.
Juanda menuturkan, penggilingan padi yang dikelola BUMDes Sinarmulya sudah beroperasi selama 3 tahun.
"Alhamdulillah, selama ini keberadaan penggilingan padi cukup membantu. Terutama penyediaan beras lokal," ungkap dia.
Bagi masyarakat yang membutuhkan jasa pengggilingan gabah, tarif yang dikenakan cukup terjangkau.
Juanda menegaskan, keuntungan dari biaya penggilingan dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk upah para pekerja dan biaya operasional.
"Kemudian beras yang dijual juga harganya sangat terjangkau. Semua dikelola BUMDes," pungkasnya.