London (ANTARA) - Sebuah survei baru mengungkapkan pada Rabu bahwa setengah dari kalangan dewasa di Inggris khawatir tentang kemungkinan dampak kecerdasan buatan (AI) pada pekerjaan mereka.
Sebuah jajak pendapat terhadap 2.600 orang dewasa Inggris oleh Trade Congress Union (TUC) menunjukkan "kegelisahan dan kekhawatiran mendalam" di antara masyarakat umum tentang ekspansi cepat AI, terutama dampak potensial pada pekerjaan mereka.
Kehilangan pekerjaan atau perubahan syarat dan ketentuan adalah kekhawatiran yang paling umum dikutip, dicatat pada jajak pendapat.
Temuan ini mengungkapkan bahwa 51 persen orang dewasa prihatin dengan dampak AI dan teknologi baru pada pekerjaan mereka, sehingga TUC mendesak pemerintah untuk melakukan 'perubahan besar' dalam pendekatan negara terhadap pengembangan dan penerapan AI."
Survei menunjukkan 52 persen pemilih Buruh, 49 persen pemilih konservatif, dan 52 persen pemilih reformasi, semuanya menyatakan kekhawatiran.
62 persen pekerja dalam rentang usia 25-34 menyatakan dampak AI adalah kekhawatiran khusus di awal karir mereka, menurut hasil jajak pendapat.
Setengah dari masyarakat juga merasa bahwa pekerja dan serikat pekerja harus punya suara yang sama dengan perusahaan dalam menentukan masa depan AI dan teknologi di Inggris. Hanya 17 persen dari mereka yang tidak setuju dengan hal itu.
Kate Bell, Asisten Sekretaris Jenderal TUC, mengatakan bahwa AI dapat memiliki potensi transformatif dan jika dikembangkan dengan benar, pekerja dapat memperoleh manfaat dari peningkatan produktivitas yang mungkin dibawa oleh teknologi ini.
"Tetapi agar ini terjadi, pekerja harus ditempatkan di jantung inovasi AI," kata Bell.
Dia memperingatkan bahwa jika tidak dikendalikan dengan baik dan jatuh ke tangan yang salah, revolusi AI bisa membuat ketidaksetaraan semakin parah karena pekerjaan hilang atau berkurang, sementara pemegang saham justru semakin kaya.
Sumber: Anadolu
Baca juga: AS dan Inggris tolak tandatangani deklarasi KTT Paris soal AI Inklusif
Baca juga: Meta AI perluas operasional di Inggris dan lima negara lain
Baca juga: EU, Inggris, AS umumkan prinsip perlindungan bersama persaingan AI
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.