Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) Dwisuryo Indroyono Soesilo menyampaikan bahwa Indonesia akan berupaya memperkuat kolaborasi dalam pengembangan energi terbarukan berbasis kelautan dengan AS.
“Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi laut yang mencakup energi gelombang, energi arus, dan energi pasang surut, terutama energi arus laut,” kata Indroyono ketika dihubungi oleh ANTARA di Jakarta, Rabu.
Diketahui bahwa Indonesia memiliki energi arus laut yang berpotensi hingga 63 GW namun belum dimanfaatkan secara komersial.
Terkait hal tersebut, Indonesia menargetkan pemanfaatan awal energi arus laut sebesar 40 MW pada 2028 melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Studi kelayakan telah dilakukan oleh Kementerian ESDM bekerja sama dengan University of Maryland, AS, dan proyek percontohan akan dibangun di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) karena wilayah tersebut memiliki potensi arus laut yang paling kuat.
Selain itu, Indroyono menekankan bahwa kerja sama Indonesia–AS tidak hanya pada transisi energi, tetapi juga pada penguatan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan riset, terutama dalam bidang Sains, Teknologi, Teknik (Engineering), dan Matematika (STEM).
Hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya penguatan kapasitas SDM di bidang STEM guna menopang pembangunan energi bersih, di mana tenaga ahli Indonesia perlu dilibatkan sejak awal tahap proyek pembangunan.
Upaya tersebut juga mendukung target Indonesia menurunkan emisi karbon sebanyak 42 persen pada 2030 dengan dukungan mitra internasional, salah satunya melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP) yang menjadi bagian dari Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia–AS.
Dwisuryo Indroyono Soesilo dilantik menjadi Dubes RI untuk AS oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada 25 Agustus 2025.
Pria yang akrab disapa Indroyono itu merupakan lulusan Teknik Geologi ITB (1979) dan mendapat gelar magister di bidang Remote Sensing dari University of Michigan (1981) dan gelar doktor dalam Geologic Remote Sensing dari University of Iowa (1987).
Indroyono pernah menjadi orang Indonesia yang memiliki jabatan tinggi di Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2012 yaitu sebagai Direktur Sumber Daya Perikanan dan Aquakultur FAO, kemudian dia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI pada 27 Oktober 2014 – 12 Agustus 2015.
Baca juga: Indonesia-AS perkuat kerja sama energi dan mineral berkelanjutan
Baca juga: Indonesia berambisi kalahkan Amerika Serikat di sektor PLTP pada 2029
Baca juga: Dubes Rosan sebut "critical minerals" penting bagi Indonesia
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.