Tentara Israel di dekat kendaraan pengangkut personel lapis baja mereka kembali dari Jalur Gaza menuju Israel, Selasa, 29 Juli 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 600 mantan pejabat keamanan Israel, termasuk mantan kepala Mossad dan militer mendesak Presiden AS Donald Trump untuk menekan Israel agar mengakhiri perang di Gaza. Sikap mereka bertolak belakang dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mempertimbangkan untuk memperluas konflik.
Dalam sebuah surat terbuka, para mantan pejabat tersebut mengatakan bahwa mengakhiri perang adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan para sandera yang masih ditawan Hamas.
“Kredibilitas Anda di mata mayoritas rakyat Israel memperkuat kemampuan Anda untuk mendorong agar Perdana Menteri Netanyahu dan pemerintahannya ke arah yang benar, mengakhiri perang, kembalikan para sandera, hentikan penderitaan,” tulis mereka.
Eks militer itu menambahkan bahwa mereka menganggap Hamas tidak lagi menjadi ancaman strategis bagi Israel.
Surat itu muncul di tengah meningkatnya tekanan bagi otoritas Israel untuk mengakhiri perang, bahkan ketika Netanyahu mempertimbangkan untuk mengintensifkan serangan.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di Israel selama akhir pekan setelah dua video yang memperlihatkan para sandera kurus kering yang ditawan di Gaza dirilis.
Satu video khususnya, yang menggambarkan Evyatar David yang kurus kering menggali apa yang disebutnya sebagai kuburannya sendiri. Ini memicu gelombang kemarahan di seluruh Israel.
Pada Ahad malam, markas besar Forum Sandera dan Keluarga Hilang merilis pernyataan yang menuduh Netanyahu mengarahkan Israel dan mereka yang diculik menuju ke kehancuran.