Industri perbankan nasional mencatat Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 25,81 persen dan pertumbuhan kredit 7,77 persen. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perbankan nasional mencatat Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 25,81 persen dan pertumbuhan kredit 7,77 persen (year on year/yoy) per Juni 2025, meski perekonomian global bergejolak. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,96 persen (yoy) dan Non Performing Loan (NPL) gross terkendali di level 2,22 persen.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menyebut ketahanan ini didukung transformasi sektor perbankan, permodalan yang kuat, dan pertumbuhan likuiditas.
“Salah satunya, kita melihat bagaimana sektor perbankan dan lembaga keuangan terus bertransformasi, dan kita pun ingin berperan lebih strategis untuk senantiasa menjaga kepercayaan publik serta mendukung stabilitas sistem keuangan,” ujarnya di Surabaya, Kamis (7/8/2025).
Simpanan di bawah Rp 2 miliar naik Rp 143,22 triliun atau 4,29 persen (yoy), sementara simpanan di atas Rp 2 miliar tumbuh Rp 459,49 triliun atau 8,46 persen (yoy).
“Peningkatan likuiditas ke dalam perekonomian akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Purbaya menegaskan kekuatan ekonomi nasional bertumpu pada domestic demand. Pada kuartal II 2025, konsumsi menyumbang 62,53 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), dengan Pertumbuhan Modal Tetap Bruto (PMTB) naik 6,99 persen (yoy) yang mengimbangi kontraksi belanja pemerintah.
Menurutnya, permintaan domestik yang besar dapat meredam guncangan eksternal. Indonesia juga memiliki modal demografi yang kuat, dengan lebih dari 60 persen penduduk berada di usia produktif. Generasi milenial dan Z menyumbang hampir separuh populasi.
“Risiko global selalu ada, kita tidak perlu khawatir tetapi harus tetap waspada. Ekonomi nasional kuat dan berdaulat, bertumpu pada kuatnya domestic demand dan bonus demografi,” ujarnya.