REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Kabupaten Batang bersinergi dengan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), DKP Provinsi Jawa Tengah dan CDK Wilayah Barat sebagai Pengelola Kawasan Konservasi menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pelestarian Hiu Paus di Pesisir Batang dan Penguatan Kawasan Konservasi Ujungnegoro untuk Menjaga Keanekaragaman Hayati Laut Batang, akhir Juli lalu. Acara ini dihadiri berbagai stakeholder termasuk nelayan di Seturi, Depok, Ujungnegoro, Roban Barat dan Roban Timur, OPD, HNSI Batang, Ikatan Mahasiswa UNDIP di Batang dan perusahaan swasta di Payung Sewu, Pantai Depok, Kabupaten Batang.
Kegiatan sosialisasi menghadirkan narasumber dari LPSPL Serang, Darmawan dan Muschan Ashari, CDK Barat Dwi Riyanto, Dislutkan Batang Hermanto, External Relation Manager BPI Bagus Dona Doni yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan laut dan pengelolaan sumber daya perikanan yang bertanggung jawab. Dalam acara ini, peserta mendapatkan paparan tentang kebijakan pengelolaan kawasan konservasi dan hiu paus di Jawa Tengah, pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab, peran swasta dalam mendukung upaya pengelolaan kawasan konservasi, serta memahami area terminal khusus PLTU Batang beserta batasnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah Endi Faiz Effendi menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak terutama BPI atas kepeduliannya terhadap pelestarian kawasan pesisir, yang telah dituangkan dalam bentuk Perjanjian Teknis antara BPI dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi.
"Perjanjian Teknis ini bertujuan untuk mendukung pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan di Kabupaten Batang, serta program perlindungan keanekaragaman hayati. Kami berharap kegiatan sosialisasi ini dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan laut”, ungkap Endi Faiz Effendi pada sambutannya.
Kepala Dislutkan Batang Windu Suriadji mengatakan, bahwa pelestarian hiu paus dilakukan secara terbuka dan interaktif serta menggunakan metode berkelompok agar peserta dapat langsung memahami kondisi nyata ekosistem laut yang menjadi habitat ikan hiu paus. Konservasi hiu paus ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung program nasional menuju blue economy, melalui perluasan kawasan konservasi laut.
"Dengan adanya kegiatan ini, kita berharap para nelayan dan masyarakat bisa langsung merasakan pentingnya menjaga spesies langka seperti hiu paus, yang terkadang masih melintas di perairan Batang. Ini menunjukkan bahwa ekosistem kita masih cukup sehat, dan sosialisasi ini sejalan dengan program nasional menuju blue economy, termasuk rencana perluasan kawasan konservasi laut. Pemerintah pusat menargetkan konservasi laut seluas 95,7 juta hektare pada 2049," jelasnya.
Sementara itu, General Manager Stakeholder Relation Aryamir H. Sulasmoro melalui CSR dan CR Manager Bhimasena Power Indonesia Ahmad Lukman mengatakan, BPI bersama pemerintah daerah juga telah memasang terumbu karang buatan, rumah ikan buatan, serta melakukan penanaman mangrove dan cemara laut sejak tahun 2016.
"Kolaborasi ini dilakukan bersama universitas, termasuk Universitas Diponegoro, untuk meningkatkan populasi biota laut. Kami sangat mendukung upaya pelestarian biodiversitas laut. Harapannya, pelestarian ini tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga menjamin keberlanjutan hidup para nelayan di Batang," ungkap Aryamir H. Sulasmoro.
Sriyono Nelayan Roban Timur menyampaikan kegiatan sosialisasi tentang wilayah konservasi, keberadaan hiu paus dan pelestarian wilayah pesisir sangat menambah wawasan dan pengetahuan para nelayan.
"Terima kasih kepada pemkab batang yang telah berupaya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian wilayah pesisir dan terima kasih atas kepedulian PLTU Batang yang terus mendukung dan memberikan perhatian kepada pelestarian wilayah pesisir dan peningkatan kualitas kehidupan nelayan khususnya di Roban Timur dengan adanya program karang buatan dan rumah ikan," kata Sriyono, nelayan Roban Timur.
Dengan kegiatan ini, diharapkan kawasan pesisir Batang bisa menjadi zona konservasi aktif yang mampu menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya ikan dan pelestariannya di tengah ancaman overfishing di Laut Jawa.