Kediaman resmi mantan Perdana Menteri Bangladesh yang digulingkan, Sheikh Hasina, akan diubah menjadi museum sebagai pengingat jangka panjang atas pemerintahannya yang otokratis.
Dikutip dari AFP, Senin (4/8), kompleks istana itu dibangun oleh ayah Hasina yang juga pemimpin pertama Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman. Di masa kepemimpinan Hasina selama 15 tahun, kompleks itu dijadikan kediaman resminya.
Selama kerusuhan tahun lalu, demonstran berhasil menduduki istana yang juga kediaman resminya. Para demonstran juga membakar rumah ayah Hasina yang juga pemimpin pertama Bangladesh, Sheikh Mujibur Rahman. Demonstran bahkan menggunakan ekskavator untuk menghancurkan rumah yang oleh Hasina ubah menjadi museum.
Kurator dari museum yang sedang dalam tahap pembangunan, Tanzim Wahab, mengatakan museum itu nantinya akan memamerkan artefak para demonstran yang tewas.
Kisah hidup mereka akan diceritakan lewat film dan foto. Akan ada juga plakat nama dari demonstran yang tewas oleh pasukan keamanan selama periode pemerintahan Hasina.
"Saya yakin hal itu menjadi salah satu aspek penting dalam proyek ini," lanjutnya.
Wahab juga mengatakan museum itu akan menampilkan animasi dan instalasi interaktif, serta mendokumentasikan sel-sel kecil tempat lawan Hasina ditahan dalam kondisi yang menyesakkan.
"Kami ingin kaum muda menggunakannya sebagai platform untuk mendiskusikan ide-ide demokrasi, pemikiran baru, dan bagaimana membangun Bangladesh yang baru," ujarnya.
Kekuasaan Hasina runtuh, tapi pemerintahan sementara Bangladesh menghadapi tantangan dari dalam negeri
Saat ini, Bangladesh berada di bawah pemerintahan sementara pimpinan Muhammad Yunus (85), penerima penghargaan Nobel Perdamaian, hingga pemilu digelar pada awal 2026. Ia pun mendukung pengalihan kediaman Hasina menjadi museum.
"Ini melestarikan kenangan akan pemerintahannya yang buruk dan kemarahan rakyat ketika mereka menggulingkannya dari kekuasaan," kata Yunus.
Yunus menjanjikan penguatan lembaga-lembaga demokrasi sebelum pemilu. Namun, upaya ini melambat karena partai politik berebut kekuasaan.
Human Rights Watch (HRW) memperingatkan tantangan yang dihadapi Yunus saat ini sangat besar.
Meski kediaman Hasina dipertahanan, para demonstran telah merobohkan tanda-tanda kepemimpinannya yang lain seperti patung ayah Hasina dan pembakaran gambar Hasina dan ayahnya.
"Ketika kediktatoran runtuh, kiblatnya juga akan runtuh," kata salah satu warga yang ikut demonstrasi, Muhibullah Al Mashnun.
Dia yakin menyingkirkan simbol-simbol kekuasaan Hasina diperlukan agar Bangladesh dapat bergerak maju menuju masa depan yang lebih baik.