Sejak Kapan Ottoman Menjadi Kekhalifahan?

2 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemenangan dalam Perang Reydaniyya pada 1517 membuka jalan bagi Sultan Selim I untuk meneguhkan kedaulatan Turki Utsmaniyah (Ottoman) di dunia Islam. Sebab, Dinasti Mamluk yang berhasil dikalahkannya mau tak mau mesti menyerahkan kepadanya kendali pemerintahan atas dua kota suci, Makkah dan Madinah.

Berdasarkan catatan sejarah, Selim I tidak meneruskan titel yang biasa digunakan para penguasa Mamluk, yakni “Penguasa Dua Kota Suci” (Hakimu’l Haramain). Alih-alih demikian, sultan kesembilan Dinasti Utsmaniyah itu memilih gelar yang lebih bernada rendah hati: “Sang Pelayan Dua Kota Suci.”

Dengan menguasai Haramain, Turki Utsmaniyah pun layak mengenakan julukan khilafah. Transisi kekhilafahan dari Dinasti Mamluk ke Turki ditandai dengan upacara simbolis di Konstantinopel (Istanbul) pada 1517.

Mamluk diwakili al-Mutawakkil III, khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah yang berlindung di Kairo setelah bangsa Mongol membumihanguskan Baghdad pada 1258—sehingga dirinya hanya menjadi “boneka” Dinasti Mamluk belaka sejak saat itu. Dalam perjalanannya ke ibu kota Turki, al-Mutawakkil III didampingi keluarganya. Selim I memperlakukan rombongan ini dengan penghormatan yang semestinya diberikan kepada kalangan ningrat.

Menurut catatan sejarah tradisional Turki, upacara tersebut diiringi penyerahan beberapa lambang kekhilafahan Islam, seperti pedang dan mantel yang diyakini sebagai milik Nabi Muhammad SAW, dari khalifah lama kepada penguasa baru.

Namun, narasi tentang prosesi tersebut sesungguhnya baru muncul di berbagai manuskrip pada 1780-an atau sesudah Perjanjian Kucuk Kaynarca yang mengakhiri perang antara Turki Utsmaniyah dan Rusia pada 1774. Cerita itu juga sering kali dikaitkan sebagai klaim yurisdiksi atas wilayah Muslim di luar Imperium Turki Utsmaniyah.

Apa pun fakta sejarahnya, yang jelas jantung dunia Islam, yakni Makkah dan Madinah, sudah berhasil dikuasai Turki Utsmaniyah selama berabad-abad sejak kesuksesan Sultan Selim I dalam menaklukkan Mamluk.

Ia pun menyadari perannya sebagai khalifah bagi umat Islam, minimal dalam melindungi dua kota mulia tersebut dari segala macam ancaman dan gangguan. Pemimpin Turki itu juga selalu berupaya menjamin keamanan dan kenyamanan jamaah dari berbagai penjuru dunia yang melaksanakan haji dan umrah di Tanah Suci. “Pelayan Dua Kota Suci” tidaklah semata-mata gelar, tetapi juga tugas untuk dijalankan sebaik-baiknya.

Menurut H Erdem Cipa dalam The Making of Selim: Succession, Legitimacy and Memory in the Early Modern Ottoman World (2017), sejumlah penulis pada abad ke-16 mengenang kepemimpinan Sultan Selim I sebagai masa yang penuh kedamaian dan keadilan bagi negerinya.

Mevlana Isa yang menulis pada zaman Sultan Suleiman I al-Qanuni bahkan mengibaratkan, pada zaman Selim I “kumpulan domba dan serigala dapat berjalan beriringan tanpa saling bertengkar, dan begitu juga tikus terhadap kucing.”

Read Entire Article