Playground atau taman bermain sering kali menjadi tempat favorit anak-anak untuk bersosialisasi dan mengeksplorasi lingkungan. Namun, bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, aktivitas di playground tidak selalu bisa dilakukan secara spontan atau tanpa pertimbangan matang.
Ya, Moms, bagi anak berkebutuhan khusus, bermain di playground bisa jadi tantangan tersendiri jika tidak disiapkan dengan baik. Oleh karena itu, menurut Psikolog Anak dan Co-founder Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, penting untuk menyesuaikan aktivitas bermain dengan kondisi serta tingkat kebutuhan masing-masing anak.
Perlunya Pendampingan dan Penyesuaian untuk Anak Berkebutuhan Khusus saat ke Playground
Dalam acara OH!SOME & FuniFun! Day by Blue Origin Group, di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/8), Saskhya menyebut bila ingin mengajak anak berkebutuhan khusus ke playground, orang tua perlu memahami sejauh mana tantangan atau masalah yang dimiliki anak.
Beberapa aktivitas ringan seperti bermain di kolam bola atau area trampolin kecil, umumnya masih aman.
“Misalnya pendampingannya seberapa intens, mainan-mainan apa yang cukup safe buat mereka. Kayak misalnya kalau yang kayak kolam bola atau pasir gitu kayaknya masih bisa deh, atau loncat-loncat kecil, masih bisa,” tuturnya.
Namun, untuk aktivitas yang lebih kompleks, orang tua perlu mempertimbangkan kembali, tergantung kondisi anak. Tidak semua anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan secara kognitif, sehingga pendekatannya pun bisa berbeda-beda.
Oleh karena itu, penting untuk melihat kesiapan anak secara emosional dan mempertimbangkan apakah aktivitas tersebut layak diberikan izin atau justru sebaiknya ditunda.
“Kalau yang memang bisa diajak diskusi ya sekalian diskusi, 'Nanti di sana ada ini, ini ini, menurut kamu, kamu mau main yang mana?' Itu kan juga bisa ya,” imbuh Saskhya.
Meski begitu, bila anak belum mampu berdiskusi atau berkomunikasi secara verbal, maka pendampingan perlu dilakukan secara lebih intens. Persiapan sederhana seperti memastikan anak cukup tidur dan makan sebelum beraktivitas juga penting untuk menghindari tantrum atau rasa tidak nyaman saat berada di tempat umum.
“Kecuali kan kita belum bisa ngomong dua arah, nah itu memang benar-benar butuh kita pegangin banget. Maksudnya kita nggak bisa planning sebelumnya, tapi at least mereka udah makannya cukup, tidurnya cukup gitu ya, biar nggak rungsing pada saat di hari-H nya,” pungkas psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.