Asia Nikkei melaporkan penjualan mobil di Malaysia berhasil menyalip Indonesia untuk pertama kalinya. Data menunjukkan pada periode kuartal dua tahun ini, penyerapan kendaraan roda empat atau lebih di Negeri Jiran lebih banyak ketimbang di Nusantara.
Data melaporkan selama kurun waktu tersebut penjualan di Malaysia terkoreksi 1 persen menjadi 183.366 unit secara year on year 2024. Sementara di Indonesia penurunannya cukup dalam mencapai 12 persen menjadi 169.578 unit.
Sumber mengkompilasi data penjualan pada April hingga Juni dari asosiasi kendaraan bermotor di lima negara besar Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Secara akumulasi total penjualan di lima negara ini mencapai 707.055 unit, turun 1 persen dari tahun lalu, namun susut 2 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Ketika daya beli stagnan cenderung menurun di banyak negara di Asia Tenggara karena kondisi ekonomi, situasi berbeda justru bisa ditemukan di Malaysia yang tampak stabil secara penjualan.
Mengacu pemerintah Malaysia, merek nasional Perodua dan Proton berkontribusi besar hingga 63 persen terhadap total penjualan pada paruh pertama tahun ini.
Walaupun secara saham keduanya juga dimiliki oleh pabrikan otomotif luar, mereka tetap dianggap merek nasional sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat lantaran kontribusinya terhadap pembangunan nasional.
Peningkatan penjualan kendaraan listrik --termasuk hybrid di Malaysia nyatanya juga berhasil mendongkrak angka. Paruh pertama ini penjualan kendaraan listrik naik 91 persen menjadi 12.733 unit, sementara hybrid juga menjulang 12 persen menjadi 17.480 unit.
Kondisi otomotif di Thailand
Sementara di Indonesia, penurunan penjualan pada bulan Juni sebesar 22 persen dibanding Juni 2024 berdampak besar terhadap penurunan 12 persen periode kuartal dua tahun 2025.
Menyusul Indonesia, bertengger Thailand yang mencatat kenaikan 3,6 persen pada kuartal kedua tahun ini. Pemulihan pasar ini disebabkan oleh penyerapan model elektrifikasi yang besar, demikian mengacu asosiasi industri otomotif Thailand (FT).
Kendati demikian, Thailand dihadapkan pada tantangan berat lantaran sejumlah pabrikan besar Jepang memutuskan untuk menghentikan operasinya. Diketahui ada Honda yang menghentikan produksi di Ayutthaya dan hanya mengoperasikan fasilitas di Prachin Buri.
Suzuki sejatinya telah ambil langkah lebih dulu dengan menyudahi produksinya pada akhir 2025. Sementara Nissan juga menutup satu fasilitasnya di sana. FTI mengumumgkan revisi target produksi yang sebelumnya 1,5 juta unit menjadi 1,45 juta unit tahun ini.