"Nilai kapitalisasi pasar pada bulan Juli 2025 menyentuh rekor tertinggi (all time high) selama tiga hari berturut-turut. Puncaknya pada 29 Juli 2025, dengan nilai sebesar Rp 13.700 triliun," kata Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pengawas pasar modal, Inarno Djajadi, dalam konferensi pers Senin (4/8).
Menurut Inarno, pada akhir bulan Juli 2025, nilai kapitalisasi pasar masih bertahan tinggi dan tercatat di angka Rp 13.492 triliun.
Tidak hanya dari sisi kapitalisasi pasar, likuiditas transaksi saham juga menunjukkan peningkatan yang signifikan sepanjang Juli. Hal ini menjadi indikator bahwa pasar tetap aktif meski investor asing mencatatkan aksi jual.
"Rata-rata nilai transaksi saham pada Juli 2025 mencapai Rp 13,42 triliun (ytd), naik dari akhir Juni 2025 dengan nilai Rp 13,29 triliun dan sudah lebih baik dari rata-rata nilai transaksi 2024 senilai Rp 12,85 triliun," jelas Inarno.
Sementara itu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menunjukkan tren positif. Per 31 Juli 2025, IHSG berada di level 7.484 setelah menguat sebesar 5,71 persen sepanjang bulan tersebut. Inarno menyebut bahwa seluruh sektor perdagangan turut membukukan kinerja yang positif.
Di sisi lain, aktivitas penghimpunan dana di pasar modal terus menunjukkan tren pertumbuhan. OJK mencatat bahwa hingga Juli 2025, total fund raising mencapai Rp 144,78 triliun, atau naik 11,64 persen secara tahunan (year on year/yoy).
"Rp 8,49 triliun di antaranya merupakan fund raising 16 emiten baru," kata Inarno dalam kesempatan yang sama.
Tak hanya itu, pipeline penggalangan dana masih terus berjalan. OJK mencatat ada lima calon emiten baru yang tengah bersiap masuk pasar, dengan total potensi penggalangan dana senilai Rp 6,28 triliun.
Jika dirinci, penggalangan dana terbesar bersumber dari Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (PUB EBUS) dengan nilai mencapai Rp 110,86 triliun. Skema rights issue atau Penawaran Umum Terbatas (PUT) berkontribusi sebesar Rp 17,99 triliun, dan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS) lainnya sebesar Rp 9,25 triliun. Sementara itu, dalam pipeline OJK masih terdapat rencana penghimpunan dana tambahan senilai Rp 12,95 triliun.
Namun, di tengah capaian positif tersebut, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di bursa saham domestik. Menurut Inarno, investor non-residence mencatat net sell sebesar Rp 8,34 triliun sepanjang Juli 2025 secara bulanan (month to date/mtd).
Dengan bertambahnya aliran dana keluar pada Juli, total net sell asing sejak awal tahun 2025 tercatat mencapai Rp 61,91 triliun. Menariknya, aksi jual investor asing ini terjadi bersamaan dengan momen ketika kapitalisasi pasar mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah BEI.