"Angka ini naik 84,20 persen dibanding periode yang sama tahun 2024," kata Kepala BPS Sulut, Aidil Adha.
Menurutnya, nilai ekspor pada periode Januari-Juli 2025 tersebut, mengalami kenaikan 56,10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Peningkatan ini terutama didorong oleh komoditas lemak minyak hewani/nabati (HS 15), yang mencatat nilai ekspor sebesar 513,99 juta Dolar AS atau naik 84,71 persen," ujarnya.
Sementara itu, negara tujuan ekspor komoditas asal Sulut adalah China, Belanda dan Filipina. Menurutnya, share ketiga negara ini sekitar 61,03 persen dari total ekspor Provinsi Sulut di periode Januari-Juli 2025.
China masih menjadi pasar ekspor utama komoditas asal Sulut dengan nilai mencapai 176,27 juta Dolar AS atau 24,67 persen dari total ekspor. Adapun Belanda sebesar 141,29 juta Dolar AS atau 19,78 persen, dan Filipina sebesar 118,42 juta Dolar AS atau 16,58 persen.
"Untuk komoditas ekspor di ketiga negara tujuan itu masih didominasi oleh komoditas lemak minyak hewani/nabati (HS 15)," kata Aidil kembali.
Sementara itu, untuk nilai impor periode Januari-Juli 2025 mencapai 96,17 juta Dolar AS atau turun 21,19 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Penyumbang utama masih berasal dari komoditas bahan bakar mineral (HS 27), dengan nilai impor 74,00 juta Dolar AS. Angka ini turun 5,78 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Malaysia masih menjadi negara utama asal impor Provinsi Sulut dengan nilai 39,66 juta Dolar AS atau 41,24 persen dari total nilai Impor. Adapun impor dari Singapura sebesar 35,00 juta Dolar AS atau 36,39 persen, dan China sebesar 7,50 juta dolar AS atau 7,80 persen.