
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan bahwa pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang saat ini digagas pemerintah diyakini mampu memangkas rantai pasok yang terlalu panjang serta menghilangkan peran tengkulak di lapangan. Menurutnya, Kopdes Merah Putih juga akan menyerap hasil produksi dari petani yang kemudian disalurkan ke konsumen.
“Inilah kita bangun koperasi (merah putih). Koperasi memotong rantai pasok, yang dulunya 8 tahap atau 7 menjadi 3 (tahap). Nantinya dari produksi ke koperasi, (dari) koperasi ke konsumen,” sebut Amran saat ditemui di kediamannya, Jakarta Selatan, Rabu (4/6).
Jika koperasi ini dapat direalisasikan dengan baik, nantinya diharapkan dapat menggantikan peran middle man dan menyelamatkan kerugian yang dibebankan ke produsen hingga konsumen.
“Itu nanti posisinya (middle man) digantikan, dan itu kalau insyaallah (kopdes) terealisasi semua, sudah sempurna, baru kita berjalan (pemutusan rantai pasok),” sebut Amran.
Amran menyebut, jika hal tersebut terjadi, maka keuntungan yang sebelumnya dinikmati oleh middle man bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan daya beli konsumen.
Ia mencontohkan, jika middle man selama ini meraup untung hingga Rp 313 triliun dalam satu tahun, sementara koperasi sebagai pengganti middle man hanya mengambil Rp 50 triliun, maka terdapat selisih Rp 263 triliun yang bisa dinikmati langsung oleh produsen dan konsumen.
“Inilah perintah Bapak Presiden (Prabowo). Jadi minta tolong sekali lagi, saudaraku, sahabatku, tolong jangan permainkan konsumen dan produsen. Jangan segelintir orang mengambil kesempatan,” ucap Amran.
Sebelumnya, Mentan Amran mengatakan bahwa tengkulak beras berpotensi mengantongi untung mencapai Rp 42 triliun pada periode Januari hingga Juli 2025 ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras untuk konsumsi pangan masyarakat Indonesia pada periode Januari hingga Juli 2025 diperkirakan mencapai 21,76 juta ton gabah kering giling (GKG).
Amran pun menjelaskan bahwa terdapat selisih Rp 2.000 per kilogram antara harga beras di tingkat penggilingan dan tingkat eceran atau grosir.
“(Produksi beras periode Januari-Juli) 21 juta ton dikali Rp 2.000 per kilogram (selisih harga), (jadi) Rp 42 triliun. Itu yang didapat middle man (di periode itu),” ucap Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Jakarta, dikutip Rabu (4/6).