Dalam era teknologi modern, perkembangan robot medis telah menjadi salah satu terobosan terbesar dalam dunia kesehatan. Robot ini, dengan kemampuan yang semakin canggih, telah merambah ke berbagai aspek kesehatan, dari diagnosis hingga intervensi medis yang rumit seperti pelaksanaan operasi lutut.
Prosedur operasi lutut kini semakin canggih berkat kehadiran teknologi robotik. Teknologi ini memungkinkan dokter bedah melakukan prosedur dengan akurasi tinggi, mengurangi rasa nyeri pasien, dan mempercepat masa pemulihan.
"Kami menghadirkan CUVIS robotic surgical asisstant, teknologi bedah robotik mutakhir asal Korea Selatan untuk prosedur total knee replacement (TKR) atau operasi penggantian lutut," ujar Dokter Spesialis Ortopedi di Siloam Hospitals Surabaya, dr. Teddy Heri Wardhana, SpOT, Kamis (14/8).
Teguh melanjutkan, teknologi ini bisa membantu pasien osteoarthritis (OA) stadium lanjut kembali berjalan normal.
Osteoarthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis, yang diidap oleh jutaan orang di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi akibat degeneratif pada sendi yang memengaruhi banyak jaringan sendi.
CUVIS Robotic Surgical Assistant diklaim bisa membuat operasi penggantian lutut jadi lebih presisi, minim rasa sakit, dan proses pemulihannya pun jauh lebih cepat. CUVIS bekerja dengan memetakan struktur lutut pasien dalam bentuk 3D. Sehingga dokter bisa merencanakan operasi secara digital dan robot akan mengeksekusi pemotongan tulang dengan akurasi yang nyaris sempurna.
“Teknologi robotik ini membantu kami melakukan operasi secara lebih presisi, sehingga jaringan sehat bisa tetap terlindungi, rasa nyeri lebih ringan, dan pasien bisa kembali beraktivitas dalam waktu yang lebih singkat,” jelas Teguh.
Dalam kesempatan yang sama dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi subspesialis panggul dan lutut Siloam Hospital Surabaya Dr. dr. Kukuh Dwiputra Hernugrahanto, SpOT (K), menuturkan bahwa teknologi ini memungkinkan penyesuaian operasi sesuai anatomi unik tiap pasien, sehingga hasilnya lebih optimal.
“Dengan dukungan perencanaan digital tiga dimensi, hasilnya lebih optimal dan risiko komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin,” imbuhnya.
Prosedur TKR dengan teknologi robotik ini umumnya direkomendasikan bagi pasien OA lanjut yang mengalami nyeri berangsur-angsur, kaku sendi di pagi hari, atau kaku sendi setelah istirahat. Sendi dapat mengalami pembengkakan, muncul suara (krepitus) saat digerakkan, serta keterbatasan gerak.
Kondisi tersebut sering kali dipicu oleh usia lanjut, kelebihan berat badan, riwayat cedera, serta faktor hormonal dan genetik. Dibandingkan metode konvensional, robotik TKR menghasilkan fungsi sendi yang lebih optimal. Prosedur ini dirancang secara individual berdasarkan anatomi pasien, memungkinkan sayatan yang lebih kecil dan presisi tinggi, serta mengurangi intervensi pada jaringan sehat.