KERACUNAN massal yang dialami pelajar akibat menyantap sajian program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, berulang kali terjadi. Terbaru, sebanyak 135 siswa dan 2 guru di SMP Negeri 3 Berbah Sleman diduga keracunan setelah menyantap hidangan MBG itu, Rabu 27 Agustus.
Kejadian ini hanya berselang dua pekan sebelumnya, ketika keracunan massal diduga akibat menyantap makanan program MBG juga dialami siswa dari empat sekolah di Kecamatan Mlati, Sleman. Keempat sekolah itu SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMPN 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Saat kasus keracunan massal ini marak, Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman Susmiarto sempat mewajibkan para guru di sekolah mencicipi dulu makanan MBG sebelum dibagikan siswa. “Kalau menerima MBG dari penyedia tolong dicek, diicipi, dipantau, guru itu tugasnya seperti itu,” kata Susmiarto kepada wartawan, Rabu 20 Agustus 2025.
Pernyataan itu lantas membuat kalangan guru keberatan. Pada Selasa 26 Agustus 2026, Susmiarto meralat pernyataannya soal guru harus terlebih dahulu mencicipi makanan MBG sebelum dibagikan kepada siswa. “Pertama, saya memohon maaf. Kedua, saya ingin meluruskan bahwa sekolah dalam hal ini guru dapat ikut mengecek kelayakan MBG berdasarkan bentuk, warna, atau aroma,” ujarnya.
Upaya itu, menurut Susmiarto, merupakan sikap kehati-hatian agar hal serupa tak lagi terulang. “Jika menemukan MBG kurang layak, sekolah segera komunikasikan dengan penyedia,” ujar dia.
Penyediaan dan penyaluran MBG ke sekolah-sekolah dilakukan oleh satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) di bawah koordinasi langsung Badan Gizi Nasional (BGN). Keterlibatan pemerintah daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sangat terbatas sehingga kejadian keracunan seperti beberapa waktu lalu memunculkan potensi risiko. “Ihwal pengawasan dalam penyaluran, kami berusaha memaksimalkan perangkat yang ada, khususnya Dinas Kesehatan dan DInas Pendidikan, untuk mengantisipasi kasus keracunan MBG agar tidak lagi terjadi,” kata Susmiarto.
Ia berharap koordinasi dengan BGN maupun SPPG akan lebih baik sehingga penyediaan dan penyaluran MBG di Kabupaten Sleman dapat berlangsung aman dan lancar. Susmiarto menjelaskan, BGN di tingkat kabupaten segera terbentuk. Harapannya, dia melanjutkan, ada standar operasional prosedur yang jelas sehubungan dengan penyediaan dan penyaluran MBG kepada siswa.
Ihwal kasus keracunan massal MBG di Sleman, Susmiarto mengatakan, biaya pengobatan secara otomatis ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Adapun korban yang belum menjadi peserta BPJS Kesehatan, kata dia, dipastikan difasilitasi melalui Jaring Pengaman Sosial atau JPS.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Cahya Purnama mengungkapkan, bahan-bahan makanan yang menimbulkan keracunan yang terjadi di sejumlah sekolah Sleman telah diuji di laboratorium.
Hasil uji laboratorium dari kasus di Kecamatan Mlati Sleman yang diumumkan awal pekan ini, temuan awal terindikasi adanya bakteri pada makanan yang dikonsumsi para siswa. "Untuk keracunan pangan di Kecamatan Mlati indikasinya karena cemaran dari bakteri Escherichia Coli, kemudian Clostridium species, dan Staphylococcus," kata Cahya.