
TikTok adalah aplikasi sosial media berbasis konten video pendek yang memiliki popularitas yang tinggi di Indonesia. Data dari We Are Social Indonesia (Maddalena, 2025) menunjukkan bahwa aplikasi yang dirilis oleh ByteDance ini telah memasuki daftar 5 besar aplikasi sosial media dengan total pengguna terbanyak di Indonesia dengan total 110 juta pengguna.
Selain itu, TikTok juga menempatkan posisi nomor 1 di Indonesia sebagai sosial media dengan jumlah rata-rata time spent terbanyak di bandingkan dengan sosial media lainnya (Maddalena, 2025).
Konten TikTok yang singkat, variatif dan menarik kerap menjadi hiburan yang membuat penggunanya terpaku untuk menghabiskan waktu scrolling berjam-jam di aplikasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa konten TikTok sudah menjadi konsumsi media dan hiburan sehari-hari penggunanya.
Fenomena Standar TikTok
Popularitas TikTok berhasil membuat konten-konten video trending di dalamnya menjadi sebuah tren sosial yang berlaku di masyarakat, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Standar TikTok. Standar TikTok lahir dari konten video berbasis opini yang FYP – For You Page (konten populer di TikTok) karena memperoleh jumlah penonton, likes, dan komentar yang masif atau secara tidak langsung menunjukkan validasi sosial sehingga secara natural membentuk sebuah standar sosial baru.
Hal ini membuat TikTok menjadi platform sosial media yang tidak hanya menghibur tapi juga sebagai platform dengan konten-konten video menarik yang impactful atau berpengaruh terhadap opini dan standar sosial yang ada di masyarakat. Namun, di balik ragam konten menarik dan hiburan yang ditawarkan, konten dan tren TikTok juga memiliki sisi gelap yang dapat berdampak negatif terhadap psikologis penggunanya.
Standar TikTok yang masif cenderung mempengaruhi persepsi diri secara negatif dan mempengaruhi pola sosial penggunanya (Gratia et al., 2022). Konten-konten Standar Tiktok tersebut menampilkan standar kecantikan, standar hubungan, gaya hidup mewah, atau keberhasilan yang pada akhirnya dapat memunculkan perbandingan sosial dan rasa rendah diri pada individu.
Social Comparison karena Standar TikTok

Setiap platform media sosial memang memiliki ruang besar bagi penggunanya untuk melakukan perbandingan sosial, termasuk TikTok. Perbandingan sosial sendiri merupakan kecenderungan untuk membandingkan pencapaian, situasi, dan pengalaman diri sendiri dengan orang lain (Buunk & Gibbons, 2006). Masifnya pengguna TikTok saat ini serta munculnya fenomena Standar TikTok meningkatkan potensi perbandingan sosial yang dilakukan oleh individu, khususnya ketika pengguna sering terekspos dengan konten TikTok tersebut.
Standar TikTok juga dapat memicu perasaan rendah diri dan perasaan tidak puas yang berlarut terhadap diri sendiri, khususnya ketika konten tersebut kita jumpai sehari-hari (Wang et al., 2017). Perbandingan sosial yang dilakukan seringkali melibatkan upward social comparison, situasi dimana individu membandingkan kondisi diri dengan kondisi orang lain yang dianggap berada di posisi lebih baik, lebih beruntung atau lebih sukses darinya (Vogel et al, 2014).
Lebih lanjut, upward social comparison didefinisikan sebagai kondisi dimana individu mencoba membandingkan dirinya dengan orang yang dianggap lebih superior sehingga menumbuhkan perasaan bahwa orang lain berada di posisi yang lebih baik dari dirinya (Buunk & Gibbons, 2006). Dengan adanya Standar Tiktok, individu yang menyetujui atau mempercayai standar tersebut cenderung terdorong untuk memenuhinya agar dapat diterima secara sosial.
Studi juga menunjukkan bahwa banyak pengguna TikTok yang terdorong untuk mengikuti standar TikTok agar tetap diterima secara sosial khususnya oleh komunitas digital (Al Ghifary, 2025). Sedangkan, dorongan untuk mengikuti standar TikTok berpotensi menimbulkan efek negatif seperti merasa tidak cukup dan mengalami kecemasan sosial karena tidak dapat mengimbangi standar sosial yang ada (Umam, 2022).
Pada tahap ini, upward social comparison menjadi hal yang tak terhindarkan ketika individu merasa bahwa dirinya belum bisa memenuhi standar tersebut. Di sisi lain, standar TikTok seringkali bersifat tidak realistis untuk digapai karena standar yang memang dibentuk berdasarkan opini dan subjektivitas pembuat konten semata.
Selain kecemasan sosial, keinginan untuk bisa memenuhi Standar Tiktok juga berdampak pada perasaan rendah diri (low self-esteem) dan terancamnya kesejahteraan mental individu. Studi membuktikan bahwa penggunaan sosial media dapat memprediksi perilaku upward social comparison yang kemudian dapat berpengaruh negatif terhadap self-esteem dan kesejahteraan psikologis individu secara keseluruhan (Al Ghifary, 2025; Schmuck, 2019; Vogel et al, 2014).
Oleh karena itu, standar TikTok yang tengah populer di kalangan pengguna TikTok seperti standar kecantikan, standar percintaan, standar gaya hidup mewah, dan lain sebagainya dapat membuat pengguna TikTok melakukan perbandingan sosial yang tidak realistis, menimbulkan kecemasan sosial, perasaan rendah diri hingga terancamnya kesejahteraan mental yang dapat merusak hidup individu.
Kesimpulan dan Saran Praktis

Menjadi peka dan awas dalam memilah konten sosial media seperti TikTok menjadi penting bagi para pengguna sosial media agar tidak berpengaruh dampak negatif dan tetap mendapat manfaat darinya. Fenomena Standar TikTok bisa menjadi salah satu contoh nyata yang dapat kita jadikan pelajaran untuk tidak membiarkan konten yang kita tonton atau baca di sosial media dengan mudah mempengaruhi cara pandang kita atau bahkan merusak hidup kita.
Ketidak pekaan kita dalam memilah konten dan kelemahan kita dalam berpikir kritis ketika mengkonsumsi informasi dari sosial media seperti TikTok dapat berakhir petaka dan mengancam kesejahteraan psikologis kita secara menyeluruh. Oleh karena itu, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam bersosial media bisa menjadi langkah strategis untuk dimiliki dan dikembangkan oleh pengguna TikTok maupun sosial media lainnya untuk lebih bijak dalam memilah konten di sosial media (Sosniuk et al., 2021). Ingat, Standar TikTok adalah opini yang bersifat subjektif.
Jangan biarkan media mengontrolmu. Jelajahi sosial media secara bijak mulai hari ini ! 😊