Harga minyak mentah mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Rabu (13/8) dan mencapai level terendah dalam dua bulan. Hal ini dipengaruhi oleh investor yang mencermati ancaman Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, tentang konsekuensi berat jika Presiden Rusia, Vladimir Putin, menghalangi perdamaian di Ukraina.
Dikutip dari Reuters, Kamis (14/8), harga minyak Brent berjangka ditutup turun 49 sen atau 0,7 persen menjadi USD 65,63 per barel. Selama sesi perdagangan, harga minyak mentah Brent juga sempat turun ke USD 65,01 per barel yang merupakan level terendah sejak 6 Juni. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 52 sen, atau 0,8 persen menjadi USD 62,65 per barel atau merupakan level terendah sejak 2 Juni.
Trump diperkirakan akan bertemu dengan Putin di Alaska pada hari Jumat untuk membahas diakhirinya perang Rusia di Ukraina yang telah mengguncang pasar minyak sejak Februari 2022.
Ketika ditanya apakah Rusia akan menghadapi konsekuensi apa pun jika Putin tidak setuju untuk menghentikan perang, Trump menyebut Rusia bisa dikenakan sanksi apa pun. Meski demikian dIa tak memberikan detailnya namun menyebut sanksinya bisa sangat berat.
US Energy Information Administrations (EIA) mengungkap stok minyak mentah AS naik 3 juta barel menjadi 426,7 juta barel. Dengan begitu, para analis memperkirakan akan ada penurunan sebesar impor sebesar 275.000 barel. Sebelumnya, impor minyak mentah bersih AS naik minggu lalu sebesar 699.000 barel per hari.
Sementara itu, OPEC+ menaikkan perkiraan permintaan minyak global untuk tahun depan dan memangkas perkiraan pertumbuhan pasokan dari AS dan produsen lain di luar OPEC+ yang lebih luas. Hal ini menunjukkan situasi pasar yang lebih ketat.
"Jika kita mengambil agregat proyeksi pertumbuhan permintaan minyak IEA dan OPEC untuk tahun 2025 pada titik bearish dan bullish masing-masing, bahkan angka tengah yang sederhana, katakanlah sedikit di atas 1 juta barel per hari, dapat dengan mudah dilayani oleh pertumbuhan pasokan non-OPEC saja saat ini," kata analis energi independen Gaurav Sharma.
Harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) terpantau mengalami kenaikan. Berdasarkan situs Barchart, harga CPO untuk kontrak Oktober 2025 naik 0,02 persen menjadi MYR 4.436 per ton.
Sementara itu harga batu bara justru terpantau turun. Berdasarkan situs Barchart, harga batu bara untuk kontrak Oktober 2025 turun 0,25 persen ke level USD 112,75 per ton.
Harga nikel berdasarkan London Metal Exchange (LME) terpantau turun Harga nikel 0,44 persen ke posisi USD 15.264 per ton.
Harga timah berdasarkan situs London Metal Exchange (LME) terpantau turun 0,46 persen ke posisi USD 33.730 per ton.