Hamas menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengorbankan sandera Israel yang masih ditawan di Gaza. Saat ini Israel berencana merebut kendali di Gaza yang dikuasai Hamas.
Agresi militer Israel ke Gaza untuk melenyapkan Hamas telah berlangsung nyaris tiga tahun. Agresi ini menyebabkan 60 ribu orang kehilangan nyawa dan sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Di tengah krisis dan perang yang terus berkecamuk, Hamas sebagai penguasa Gaza melontarkan serangan verbal kepada Israel dan Netanyahu.
"Rencana Netanyahu untuk meningkatkan agresi menegaskan tanpa keraguan sedikit pun keinginannya untuk menyingkirkan para tawanan dan mengorbankan mereka demi kepentingan pribadi dan agenda ideologis ekstremisnya," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari AFP.
Pada Jumat pagi ini, kabinet Israel menyetujui rencana pengambilalihan Jalur Gaza.
"IDF (militer Israel) akan bersiap untuk mengambil kendali Gaza City sembari menyediakan bantuan kemanusiaan bagi populasi sipil di luar zona pertempuran," kata Netanyahu.
Rencana itu menuai kecaman dunia. Wamenlu RI Arrmanatha Nasir menolak keras rencanan tindakan Israel tersebut.
“"Langkah [Israel] ini akan semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza dan tidak sejalan dengan semangat komunitas internasional untuk menyelesaikan perang Gaza dan memulai kembali upaya penyelesaian konflik Palestina dan Israel melalui solusi dua negara," papar Arrmanatha dalam pernyataan tertulis kepada kumparan.
Adapun ketika perang baru saja pecah, milisi bersenjata di Gaza menyandera 251 warga Israel. Sampai saat ini masih ada 49 sandera berada di Gaza.
Keterangan militer Israel sebanyak 27 di antara ratusan sandera kehilangan nyawa.
Hamas menyebut, sandera tewas akibat serangan udara Israel.