REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penelitian terbaru mengungkapkan, Karang Besar Australia atau Great Barrier Reef mengalami penurunan tutupan karang terbesar dalam setahun terakhir di dua dari tiga wilayahnya. Hal ini terjadi setelah peristiwa pemutihan karang massal (coral bleaching) yang termasuk yang terparah dalam sejarah.
Lembaga Ilmu Kelautan Australia (AIMS) melaporkan, dalam satu tahun terakhir, tutupan karang di wilayah utara dan selatan Great Barrier Reef turun 25 sampai 33 persen. AIMS mencatat, ini merupakan penurunan tahunan terbesar sejak pemantauan dimulai 39 tahun lalu, setelah beberapa tahun pertumbuhan karang yang stabil.
“Saat ini kami melihat peningkatan volatilitas tutupan karang keras. Fenomena ini muncul dalam 15 tahun terakhir dan menunjukkan ekosistem dalam tekanan,” kata Kepala Program Pemantauan Jangka Panjang AIMS, Mike Emslie, Selasa (5/8/2025) dikutip laman Reuters.
Great Barrier Reef yang membentang sepanjang 2.400 kilometer dan merupakan ekosistem hidup terbesar di dunia sangat sensitif terhadap pemanasan global. Sejak 2016, terumbu ini telah mengalami lima musim panas dengan pemutihan massal.
Pemutihan tahun 2024 merupakan yang terluas jangkauannya, dengan tingkat keparahan tinggi hingga ekstrem di ketiga wilayah. Pemutihan karang terjadi ketika karang mengalami tekanan akibat suhu air laut yang panas, menyebabkan mereka mengusir alga simbiosis (zooxanthellae) yang memberi warna dan nutrisi.
Tanpa alga ini, karang tampak putih dan menghadapi risiko kematian. Bahkan, kenaikan suhu kecil saja yang berlangsung lama, seperti 1 atau 2 derajat Celsius selama beberapa minggu hingga bulan, bisa mematikan bagi karang.
UNESCO merekomendasikan agar terumbu ini dimasukkan dalam daftar “Warisan Dunia dalam Bahaya”. Namun, Australia berupaya mencegahnya karena dapat merugikan sektor pariwisata yang berkontribusi sekitar 6,4 miliar dolar Australia per tahun.
Dikutip dari IBTimes, sebelum 1990-an, pemutihan massal jarang terjadi. Namun, sejak 2016, frekuensi peristiwa ini meningkat drastis dengan kejadian tiap tahun atau dua tahunan. Hal ini mempersingkat waktu pemulihan karang, mengancam keragaman dan kelangsungan hidup ekosistem terumbu tersebut.