
WARGA Yaman berkumpul pada Senin (1/9) untuk menghadiri pemakaman Perdana Menteri Houthi Ahmed al-Rahawi, yang meninggal pekan lalu bersama sejumlah pejabat lain akibat serangan udara Israel.
Insiden itu terjadi setelah kelompok Houthi menargetkan sebuah kapal tanker minyak di Laut Merah, jalur pelayaran penting dunia.
Serangan Israel terjadi tiga hari setelah Houthi menembakkan rudal balistik ke arah Israel. Militer Israel menyebut rudal tersebut sebagai bom cluster pertama yang digunakan kelompok dukungan Iran sejak 2023.
Pemakaman Massal di Sanaa
Upacara pemakaman berlangsung di Masjid Shaab, ibu kota Sanaa, dan disiarkan langsung oleh saluran Al-Masirah TV yang dikelola Houthi.
Ribuan pelayat meneriakkan slogan anti-Israel dan anti-Amerika seraya mengantar 11 peti mati yang dibungkus bendera Yaman, lengkap dengan foto para pejabat yang tewas.
Ahmed Khaled dan Fathy Mahmoud, warga yang hadir, mengatakan kepada bahwa keluarga korban tiba menggunakan ambulans.
Sementara itu, warga lain, Ahmed Azam, menyebut berpartisipasi dalam pemakaman ini karena Israel telah membunuh para pejabat tersebut dan itu alasan yang cukup untuk menghadiri pemakaman mereka.
Al-Rahawi menjadi pejabat Houthi berpangkat tertinggi yang terbunuh sejak Israel dan AS melancarkan kampanye militer terhadap kelompok tersebut awal tahun ini.
"Kami memasuki perang yang besar dan berpengaruh, dan bentrok dengan AS. Perang ini tidak hanya berfokus pada militer, tetapi juga ekonomi, karena Israel menargetkan segalanya," kata Penjabat Perdana Menteri Mohamed Muftah dalam pidatonya.
Dia juga memastikan pelabuhan yang dikuasai Houthi masih berfungsi normal tanpa krisis pangan maupun bahan bakar.
Rudal Houthi Hantam Kapal Tanker
Di hari yang sama, militer Houthi mengumumkan peluncuran rudal ke kapal tanker minyak berbendera Liberia, Scarlet Ray, di Laut Merah. Juru bicara militer Brigjen Yahya Saree menyatakan kapal tersebut memiliki keterkaitan dengan Israel.
Perusahaan keamanan maritim Ambrey menilai kapal itu sesuai profil target Houthi karena dimiliki oleh Eastern Pacific milik miliarder Israel Idan Ofer. Meski demikian, perusahaan memastikan kapal tidak mengalami kerusakan dan seluruh awak selamat.
Selama dua tahun terakhir, serangan Houthi terhadap kapal dan Israel mengganggu jalur perdagangan global senilai triliunan dolar. Aksi mereka diklaim sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
Penahanan Staf PBB
Di tengah meningkatnya eskalasi, Houthi juga menyerbu kantor PBB di wilayah kekuasaan mereka. Seorang pejabat PBB mengatakan 11 staf, termasuk pekerja internasional dan lokal, ditahan. Dokumen dan sejumlah materi juga disita.
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), Cindy McCain menulis di platform X "Houthi secara paksa memasuki kantor WFP, menyita dan menghancurkan properti, serta menahan sembilan anggota tim kami,"
Dia menegaskan tindakan itu tidak dapat diterima. (ABC News/Fer/I-1)