
Jika seandainya seluruh orang berhenti mempunyai keturunan, berapa lama manusia akan bertahan di Bumi? Apakah dalam waktu 100 tahun ke depan, sejak manusia berhenti melahirkan anak, kita masih bertahan?
Jawabannya, kemungkinan besar manusia tidak akan bisa bertahan selama 100 tahun, populasi menyusut karena orang tua meninggal dan tak ada lagi yang melahirkan. Bahkan, jika kelahiran berhenti secara mendadak, penurunan ini akan dimulai secara perlahan. Tidak ada lagi orang dewasa produktif yang bisa melakukan pekerjaan penting, menyebabkan masyarakat di seluruh dunia diambang kehancuran.
Beberapa kehancuran ini terjadi pada kemampuan manusia untuk memproduksi makanan, menyediakan perawatan kesehatan, dan melakukan semua hal lain yang kita semua andalkan. Makanan menjadi langka meski jumlah orang yang harus diberi makan lebih sedikit.
“Pada akhirnya, peradaban akan runtuh. Kemungkinan besar tidak akan banyak orang yang tersisa dalam 70 atau 80 tahun, bukan 100 tahun, karena kekurangan makanan, air bersih, obat-obatan, dan segala hal lain yang dapat Anda beli dengan mudah saat ini dan yang Anda butuhkan untuk bertahan hidup,” papar Michael A. Little, profesor antropologi di Binghamton University dan State University of New York yang telah menghabiskan karirnya mempelajari perilaku manusia, biologi, dan budaya.
Perubahan mendadak bisa jadi bencana
Menurut Michael, berhentinya kelahiran secara mendadak sangat tidak mungkin terjadi kecuali ada bencana global. Dalam satu skenario potensial yang dibahas oleh penulis Kurt Vonnegut di novelnya “Galapagos”, penyakit yang sangat menular dapat membuat semua orang dalam usia reproduksi menjadi mandul. Artinya tidak ada seorang pun yang kemudian akan mampu memiliki bayi lagi.
Kemungkinan lain adalah perang nuklir yang membuat semua umat manusia tak bisa selamat. Atau, jika orang-orang di masa depan tidak bisa lagi bereproduksi dengan mudah alias mandul, menyebabkan keputusasaan massal dan hilangnya kebebasan diri bagi mereka yang mampu memiliki bayi. Namun, ini semua tetap hanyalah fiksi, dan kecil kemungkinan akan terjadi.

Faktanya, saat ini jumlah penduduk manusia masih terus bertambah, meski laju pertumbuhannya telah melambat. Para ahli yang mempelajari perubahan populasi memperkirakan bahwa jumlah total umat manusia akan mencapai angka 10 miliar pada tahun 2080-an, naik dari 8 miliar dari tahun 2025.
Jumlah orang di seluruh dunia dapat menurun jika angka kematian lebih banyak daripada angka kelahiran. Namun, satu hal yang penting saat ada pola perubahan ini, yakni apakah ada keseimbangan yang dapat diatur antara kaum muda dan orang tua. Ini karena kaum muda sering kali menjadi penggerak masyarakat. Mereka cenderung menjadi orang-orang yang menerapkan ide-ide baru dan menghasilkan segala sesuatu yang kita gunakan.
“Saat itu, banyak orang tua yang membutuhkan bantuan dari orang yang lebih muda untuk melakukan kegiatan dasar, seperti memasak dan berpakaian. Dan berbagai macam pekerjaan lebih cocok untuk orang yang berusia di bawah 65 tahun daripada mereka yang telah mencapai usia pensiun,” paparnya dalam The Conversation.
Tingkat kelahiran menurun
Di banyak negara, jumlah anak yang dimiliki perempuan selama masa reproduksi lebih sedikit dari sebelumnya. Penurunan ini paling mencolok di beberapa negara termasuk India dan Korea Selatan.
Penurunan angka kelahiran yang terjadi saat ini sebagian besar disebabkan oleh orang-orang yang memilih untuk tidak punya anak atau memiliki anak sebanyak orang tua dulu. Penurunan populasi semacam ini dapat dikelola melalui migrasi dari negara lain, tapi masalah budaya dan politik sering kali membuat hal ini tidak terjadi.
Di saat yang sama, banyak pria yang memiliki masalah kesuburan. Jika situasi ini makin memburuk, hal tersebut dapat menyebabkan penurunan tajam dalam jumlah penduduk.

Neanderthal punah
Spesies kita, Homo sapiens, telah ada selama setidaknya 200.000 tahun lalu. Ini waktu yang lama, tapi seperti semua hewan di Bumi, kita berisiko punah.
Pertimbangkan apa yang terjadi apa Neanderthal, kerabat dekat Homo sapiens. Mereka pertama kali muncul sekitar 400.000 tahun lalu. Nenek moyang manusia modern hidup berdampingan selama beberapa waktu dengan Neanderthal, yang secara bertahap punah sekitar 40.000 tahun lalu.
Sejumlah ilmuwan telah menemukan bukti bahwa manusia modern lebih sukses memiliki keturunan ketimbang Neanderthal. Hal ini terjadi ketika Homo sapiens mampu berdikari, menyediakan makanan bagi keluarga dan juga memiliki lebih banyak bayi dibanding dengan Neanderthal.
Jika manusia punah, ini dapat membuka peluang bagi hewan lain untuk berkembang biak di Bumi. Di sisi lain, akan sangat menyedihkan jika kita punah dan meninggalkan semua pencapaian yang telah dibuat manusia, termasuk di bidang seni dan sains.
“Menurut saya, kita perlu mengambil langkah-langkah tertentu untuk memastikan bahwa kita memiliki masa depan yang panjang di planet ini. Langkah-langkah ini termasuk mengendalikan perubahan iklim dan menghindari perang,” kata Michael.
“Selain itu, kita perlu menghargai kenyataan bahwa memiliki beragam hewan dan tumbuhan membuat planet ini sehat bagi semua makhluk, termasuk spesies kita sendiri.”