REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Setidaknya 18 mantan kepala badan keamanan Israel, termasuk Mossad, Shin Bet, tentara dan polisi Israel, menyerukan diakhirinya agresi di Gaza.Seruan ini di tengah menguatnya tekanan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di dalam negeri.
“Kita berada di jurang kekalahan,” kata Tamir Pardo, mantan kepala agen mata-mata Mossad. “Tidak peduli seberapa bagus tentaranya, perang tanpa tujuan politik adalah jaminan kekalahan.”
Dalam sebuah video yang dibagikan di media sosial, para mantan pejabat senior mengatakan perang hanya menghasilkan keuntungan militer yang terbatas, dan gagal membawa pulang para tawanan yang tersisa. Mereka juga mengatakan perang selama 22 bulan telah menimbulkan kerusakan reputasi yang parah pada Israel dan bisa saja berakhir sejak lama.
"Perang ini tidak lagi menjadi perang yang adil. Hal ini menyebabkan negara Israel kehilangan keamanan dan identitasnya," kata Ami Ayalon, mantan kepala dinas intelijen dalam negeri Shin Bet.
“Sudah lebih dari setahun kita melewati titik di mana kita bisa mengakhiri perang dengan pencapaian operasional yang memadai,” ujar Amos Malka, mantan kepala intelijen militer.
“Sebaliknya, sekarang kita sebagian besar mencoba mengimbangi kerugian,” kata mantan direktur Shin Bet, Nadav Argaman.
Avigdor Lieberman, pemimpin partai ultranasionalis Israel Yisrael Beiteinu, juga melancarkan serangan pedas terhadap Benjamin Netanyahu. Ia menuduhnya membongkar fondasi demokrasi Israel dan mengisolasi negara tersebut di panggung dunia.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Israel Maariv, Lieberman mengatakan Netanyahu telah menyebabkan keruntuhan politik Israel di seluruh dunia. “Bagaimana perang yang adil bisa berubah menjadi perang di mana semua warga Israel menjadi orang buangan di dunia?”
Pernyataannya muncul ketika Netanyahu menghadapi meningkatnya keresahan dalam negeri atas cara dia menangani perang di Gaza, dan meningkatnya pengawasan internasional atas kejahatan perang dan hambatan bantuan ke wilayah kantong yang terkepung tersebut.
“Ada upaya untuk mengubah negara Israel menjadi negara yang tidak demokratis,” Lieberman memperingatkan. Ia juga mempertanyakan kegagalan pemerintah mengembalikan tawanan yang ditahan di Gaza. “Ini benar-benar gila.”
Dia menuduh Netanyahu mengorbankan nilai-nilai nasional demi kelangsungan politik. “Perdana menteri… mengorbankan segalanya demi kelangsungan politiknya.”
Sementara, Benjamin Netanyahu terus berupaya mendorong pembebasan para sandera “melalui kemenangan militer yang menentukan,” menurut sumber diplomatik yang dikutip Minggu oleh media Ibrani.
Komentar sumber tersebut muncul ketika kerabat para tawanan mengecam laporan rencana untuk memperluas pertempuran di Jalur Gaza. Mereka juga mengecam Netanyahu karena mengindikasikan, dalam sebuah pernyataan video tentang rekaman dua sandera yang mengerikan, bahwa tidak ada kesepakatan gencatan senjata dalam waktu dekat.