Operasi pasar dilakukan melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM) di lebih dari 4.000 titik. Program tersebut dinilai berhasil menekan inflasi nasional pada Agustus 2025 menjadi 2,31 persen, turun dari 2,37 persen pada bulan sebelumnya.
“Tetap operasi pasar besar-besaran. Kita siapkan 1,3 juta ton operasi pasar besar-besaran. Ya, SPHP dan kami minta juga yang premium,” kata Amran saat ditemui di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu (3/9).
Amran juga menyinggung data Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional Januari–Oktober 2025 mencapai 31,04 juta ton atau lebih tinggi dari realisasi sepanjang 2024 yang sebesar 30 juta ton. Kondisi mahalnya harga beras di beberapa daerah disebut Amran sebagai anomali.
“Ada yang mengatakan bahwasannya ini produksi kurang. Terus gimana dengan minyak goreng? Aku tanya minyak goreng adalah kita produsen terbesar dunia, kenapa naik? ayam, telur kenapa naik?, kita sudah swasembada, kita ekspor. Artinya ini ada anomali. Anomali ini kita perbaiki bersama,” ujar Amran.
Untuk beras, nantinya operasi pasar akan digencarkan pada daerah-daerah yang harganya melejit. Hal tersebut dilakukan bersama oleh Perum Bulog, Bapanas, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian.
Data BPS pekan keempat Agustus 2025 mencatat, harga beras medium tertinggi di zona 1 dengan HET Rp 13.500 per kg berada di:
Untuk beras premium di zona 1 dengan HET Rp 14.900 per kg, harga tertinggi tercatat di:
Sementara itu, harga beras medium tertinggi di zona 3 dengan HET Rp 15.500 per kg mencapai:
Adapun harga beras premium tertinggi di zona 3 dengan HET Rp 15.800 per kg yaitu: