Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mengawali bulan September dengan pelemahan tajam pada Selasa (3/9). Hal ini dipicu kekhawatiran pasar atas masa depan tarif Presiden Donald Trump setelah pengadilan banding federal menyatakan sebagian besar kebijakan tarifnya ilegal.
Mengutip Reuters, Rabu (3/9), putusan tersebut langsung mengguncang sentimen investor usai libur panjang Hari Buruh.
Indeks volatilitas Cboe (VIX), yang kerap disebut sebagai “pengukur rasa takut” Wall Street, sempat melonjak, meski indeks utama berhasil menutup perdagangan di atas level terendah harian.
“Dengan putusan ini, pertanyaannya menjadi, ‘Apakah pemerintahan Trump telah mengasingkan mitra dagang kita sekaligus kehilangan pemasukan dari tarif? Itulah yang membebani pasar,” ujar Oliver Pursche, Senior Vice President Wealthspire Advisors di Westport, Connecticut.
Tiga indeks utama Wall Street kompak melemah, Dow Jones Industrial Average (.DJI) ditutup turun 249,07 poin atau 0,55 persen ke level 45.295,81. S&P 500 (.SPX) melemah 44,72 poin atau 0,69 persen menjadi 6.415,54, sementara Nasdaq Composite (.IXIC) terkoreksi 175,92 poin atau 0,82 persen ke posisi 21.279,63.
Sejarah perdagangan menunjukkan September kerap menjadi bulan terburuk bagi saham AS, dan kekhawatiran semakin besar karena pasar menunggu laporan ketenagakerjaan Agustus yang akan dirilis Jumat ini.
Laporan tersebut akan menunjukkan apakah tren pelemahan pertumbuhan lapangan kerja berlanjut untuk bulan keempat berturut-turut.
Selain isu tenaga kerja, pelaku pasar juga menanti langkah Federal Reserve (The Fed). Berdasarkan data CME Group’s FedWatch, investor memperkirakan peluang sebesar 92 persen bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan 17 September mendatang.
Tekanan terbesar datang dari sektor real estate yang jatuh 1,7 persen, seiring imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 30 tahun menembus level tertinggi sejak pertengahan Juli.
Dari sisi emiten, saham Kraft Heinz anjlok 7 persen setelah perusahaan mengumumkan rencana pemisahan bisnis menjadi dua perusahaan, yakni satu fokus pada produk bahan makanan dan satu lagi pada saus serta olesan.
Sebaliknya, saham PepsiCo justru menguat 1,1 persen setelah Elliott Management mengungkapkan kepemilikan saham senilai 4 miliar dolar AS dan meluncurkan kampanye aktivis.
Di bursa Nasdaq, jumlah saham yang melemah hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan saham yang menguat. Kondisi serupa terjadi di NYSE, di mana saham turun mengungguli yang naik dengan rasio 2,4 banding 1.
Total volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 16,41 miliar lembar, sedikit lebih tinggi dari rata-rata 20 hari terakhir.