
Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra menuduh Presiden Senat Kamboja Hun Sen memimpin serangan di perbatasan yang menewaskan warga sipil Thailand.
Thaksin adalah ayah dari Paethongtarn Shinawatra yang dilantik sebagai PM Thailand pada 16 Agustus 2024.
Dikutip dari Bangkok Post, Kamis (24/7), Thaksin dalam tulisannya di X mengeklaim Hun Sen memerintahkan pengeboman di wilayah Thailand pagi ini setelah memasang jebakan peledak di sepanjang perbatasan, yang melanggar hukum internasional dan etika bertetangga.

Thaksin mengatakan, jebakan peledak itu membuat dua prajurit Thailand menderita luka parah di bagian kaki dan harus diamputasi. Warga sipil juga terluka akibat jebakan peledak itu.
"Thailand telah menunjukkan kesabaran dan pengendalian diri, dan kami telah mengikuti hukum internasional dan memenuhi kewajiban kami sebagai tetangga yang baik," kata Thaksin dalam tulisannya di X.
"Mulai sekarang, pasukan Thailand akan merespons sesuai rencana taktis, dan Kementerian Luar Negeri dapat menentukan berbagai tindakan yang sah," kata Thaksin lagi.

Pernyataan Thaksin ini menjadi respons politik yang kuat sepanjang konflik perbatasan yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.
Dalam baku tembak hari ini, pasukan Kamboja menembakkan roket BM-21 ke posisi militer Thailand dan wilayah sipil. 40 ribu warga dari 86 desa harus dievakuasi.
Sementara, Hun Sen menyebut pasukan Kamboja tak punya pilihan selain meresponsnya dengan serangan senjata.

"Prajurit Kamboja tak punya pilihan selain melawan baik," kata Hun Sen dalam sebuah unggahan di Facebook.
Hun Sen meminta warga Kamboja tetap tenang dan meminta mereka tidak perlu membeli beras untuk disimpan karena panik.
Saling serang antara Thailand dan Kamboja telah memakan korban jiwa. Militer Thailand mengungkapkan 9 warga sipil di 3 provinsi tewas dalam serangan Kamboja.