
BLUESKY kini menjadi tempat yang lebih baik untuk membagikan riset ilmiah dibandingkan X (sebelumnya Twitter). Hal ini berdasarkan studi dengan sampel 2,6 juta unggahan Bluesky, yang memuat 500.000 artikel ilmiah selama dua setengah tahun terakhir.
Ditemukan unggahan-unggahan tersebut memperlihatkan tingkat interaksi yang jauh lebih tinggi, seperti jumlah suka, unggahan ulang, balasan, dan kutipan, serta “orisinalitas teks” yang lebih besar dibanding laporan sebelumnya di platform X. Padahal jumlah pengguna Bluesky masih relatif sedikit.
Bluesky, platform yang diluncurkan pada 2023 ini sempat mengalami lonjakan besar pengguna baru setelah Musk mengambil alih X dan Donald Trump kembali ke Gedung Putih. Namun, lonjakan pengguna tersebut tidak bergerak secara konsisten, bahkan sempat adanya laporan penurunan jumlah pengguna aktif berikut dengan aktivitas di Bluesky.
Meski demikian, komunitas ilmiah tampaknya justru semakin merangkul Bluesky. Dilihat dari jumlah unggahan bertemakan sains yang dibagikan tiga kali lebih banyak per harinya di sepanjang Agustus dibanding bulan-bulan sebelumnya.
Tingkat Interaksi Publik
Tingginya tingkat interaksi publik menjadi kunci mengapa Bluesky disukai para ilmuwan. Tim peneliti asal University of Sheffield, Inggris, menemukan hampir separuh unggahan ilmiah di Bluesky setidaknya memperoleh minimal 10 jumlah suka, sementara sepertiganya diunggah ulang sebanyak 10 kali atau lebih. Penelitian sebelumnya menunjukkan keterlibatan seperti itu terjadi lebih rendah di X.
Salah satu penulis studi Er-Te-Zheng mengatakan, “Setelah lonjakan tajam pada penghujung 2024, diskusi akademis di Bluesky tetap konsisten tinggi, bahkan belakangan ini setara atau kadang malah lebih dari X. Studi kami menunjukkan unggahan ilmiah di Bluesky bukan hanya lebih orisinal, tetapi juga mendapat keterlibatan publik yang lebih kuat, sehingga menjadikannya sebagai platform kredibel untuk komunikasi sains. Saya pribadi terkesan dengan betapa lebih ‘murni’ diskusi ilmiah di Bluesky: linimasa saya hampir sepenuhnya diisi peneliti dan jurnal, tidak campur-aduk seperti di X.”
Tingginya diskusi ilmiah di Bluesky juga muncul berkat upaya para komunikator sains terkemuka yang mencoba membangun komunitas berkelanjutan di platform tersebut.
“Kami dulu punya komunitas besar di Science Twitter, tempat saya aktif selama 15 tahun,” kata Tara C. Smith, profesor epidemiologi di Kent State University College of Public Health, Amerika Serikat. “Engagement di sana turun drastis, jumlah troll dan bot meningkat, menjadikannya tidak berguna bagi saya. Meskipun saya sempat memiliki 130.000 pengikut.”
Diskusi Ilmiah
Menurut Smith, meski skalanya jauh lebih kecil, diskusi ilmiah yang dibangun di Bluesky jauh lebih efektif. Pendapatnya ini didasarkan pada pengalaman bertukar opininya dengan orang-orang yang tertarik pada bidangnya maupun dengan sesama ahli.
Pengalaman yang sama dirasakan seorang biolog laut dalam Andrew Thaler, “Komunitas sebenarnya tidak terikat pada platform yang digunakan, mereka tidak peduli kamu ada di mana. Hal terpenting adalah di mana orang-orang berkumpul. Kuncinya memastikan orang mau pindah dan komunitas pun tetap berkembang.”
Jejaring sosial yang lebih kecil bukan berarti buruk. Menurut mereka–para ilmuwan–Bluesky memang tidak lebih baik daripada Twitter yang dulu, tetapi jauh lebih baik daripada Twitter sekarang (X). (Theguardian/Z-2)