
Ketua PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, menegaskan bahwa defisiensi zat besi sebenarnya bisa dicegah. Namun bila tidak ditangani atau terabaikan, dampaknya serius: mulai dari penurunan IQ hingga gangguan tumbuh kembang yang menetap, semua sangat bergantung pada kecukupan zat besi anak.
“Pencegahan sederhana dapat dilakukan dengan memberikan protein hewani, misalnya hati ayam yang murah tapi kaya zat besi. Sayangnya, sering diabaikan orang tua. Bila sudah terjadi defisiensi, maka suplemen zat besi harus diberikan rutin,” ujarnya dalam konferensi pers daring, Selasa (2/9).
Ia mengingatkan, terapi zat besi membutuhkan waktu 2-6 bulan. Namun banyak orang tua cepat bosan, sehingga kolaborasi dokter, media, dan keluarga penting agar anak tidak sampai mengalami anemia defisiensi besi.
“Kejadian anemia defisiensi besi masih tinggi di anak-anak kita, dan ini bisa menghambat lahirnya generasi emas 2045,” tegas Piprim.
Prevalensi Masih Tinggi
Secara global, prevalensi anemia pada anak usia 6-59 bulan tahun 2019 mencapai 39,8%, sementara di Indonesia 38,5%, mayoritas karena anemia defisiensi besi (ADB).
Di Kalimantan Selatan, kasus ADB bahkan mencapai 47%, dan penelitian terbaru menunjukkan prevalensi defisiensi besi 7,9% dengan ADB tetap tinggi, yaitu 40,8%.
“Artinya, sejak bayi pun sudah bisa terkena defisiensi besi, bahkan anemia defisiensi besi. Periode 0–12 bulan sangat krusial,” jelas Harapan Parlindungan Ringoringo dari UKK Hematologi Onkologi IDAI.
Pentingnya Cadangan Zat Besi
Kadar zat besi dalam tubuh manusia sangat terbatas:
- Dewasa: 44-55 mg/kg berat badan
- Bayi baru lahir: 75 mg/kg (±225 mg untuk bayi 3 kg)
- Cadangan ini cukup hanya sampai usia 4-6 bulan, bahkan lebih sedikit pada bayi prematur.
Dr. Parlin menjelaskan bahwa keseimbangan zat besi dipengaruhi oleh asupan dari makanan, cadangan tubuh, dan kehilangan zat besi (melalui feses, keringat, atau urin).
- Rata-rata pria dewasa kehilangan 1 mg/hari
- Wanita dewasa 1,3 mg/hari (karena menstruasi)
“Ajaibnya, Allah memberi masukan zat besi 1–2 mg/hari, sama dengan jumlah yang keluar. Distribusinya tersebar di otot, sumsum tulang, hati, limpa, dan organ lain,” pungkasnya.