Sebuah platform minyak di ladang gas Leviathan lepas pantai Israel terlihat dari atas Kapal Angkatan Laut Israel Atzmaut sebagai patroli kapal selam, di Laut Mediterania, pada 1 September 2021. Kesepakatan tiga pihak baru akan membuat Israel mengirim lebih banyak gas ke Eropa melalui Mesir, yang memiliki fasilitas untuk mencairkannya untuk diekspor melalui laut. Uni Eropa mengatakan akan membantu kedua negara meningkatkan produksi dan eksplorasi gas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah Mesir telah menandatangani kesepakatan gas senilai 35 miliar dolar dengan Israel, belum lama ini. Nilai kesepakatan tersebut dilaporkan hampir tiga kali lipat impor gas dari ladang gas Leviathan Israel selama ini.
Kesepakatan itu juga menandai kesepakatan ekspor terbesar dalam sejarah Israel, tulis Middle East Eye yang dikutip Republika, Sabtu (9/8/2025).
Kesepakatan itu diumumkan pada Kamis (7/8/2025) oleh perusahaan energi Israel, NewMed. Perusahaan tersebut akan menyalurkan gas senilai 130 miliar meter kubik (bcm) dari ladang lepas pantai Leviathan ke Mesir hingga 2040. NewMed adalah salah satu dari tiga pemilik bersama ladang tersebut, bersama dengan perusahaan Israel, Ratio, dan Chevron. NewMed memegang 45,34 persen cadangan gas.
Kontrak tersebut merupakan perluasan signifikan dari kesepakatan yang telah dicapai antara Mesir dan Israel pada 2018. Kala itu, Israel telah mengirimkan gas senilai 4,5 bcm ke Mesir setiap tahun meski Israel berulang kali menghentikan pasokannya sejak serangannya di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Perjanjian yang berlaku saat ini akan berakhir pada akhir dekade ini.
Kesepakatan baru ini dinilai akan memperdalam ketergantungan energi Mesir pada Israel. Hal tersebut dilakukan seiring kebijakan Kairo untuk menaikkan impor demi memenuhi permintaan domestik yang terus meningkat di tengah penurunan produksi gasnya sendiri selama tiga tahun terakhir.