Riwayat Dwitunggal Sukarno-Hatta (Bagian II - Habis)

3 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turut campurnya Sukarno di pemerintahan pada era demokrasi liberal-parlementer memuncak usai Pemilu 1955. Ketika itu, kabinet Ali Sastroamidjojo jatuh. Kemudian, Bung Karno berinisiatif menunjuk dirinya sendiri sebagai formatur kabinet-yang-baru.

“Istilahnya Bung Karno, menunjuk seorang warga negara yang bernama Sukarno menjadi formatur kabinet. Nah, bagi Bung Hatta, ini tak bisa. Jadi, daripada bertengkar, lebih baik Bung Hatta meletakkan jabatan," kata sejarawan senior, Prof Taufik Abdullah, dikutip dari Pusat Data Republika.

Mengapa Sukarno tidak ingin menjadi sebatas kepala negara yang tanpa kekuasaan eksekutif langsung? Sebab, sosok berjulukan “penyambung lidah rakyat” ini berpandangan bahwa revolusi Indonesia saat itu belum selesai. Imbasnya, kebijakan Bung Karno cenderung mengabaikan pembangunan. Sebaliknya, Bung Hatta melihat bahwa revolusi sudah selesai dengan tercapainya kemerdekaan RI.

Menurut I Wangsa Widjaya dalam buku Mengenang Bung Hatta, sang wakil presiden pertama RI meletakkan jabatan bukan hanya dikarenakan tindakan-tindakan Bung Karno yang sering menyimpang.

Alasan lainnya adalah keadaan pemerintahan dewasa itu pada masa demokrasi liberal-parlementer. Parpol-parpol kerap saling bertengkar secara tidak sehat karena banyak politikus condong bersikap sebagai petugas partai, alih-alih negarawan. Sementara, parpol yang berkuasa lebih mementingkan aspirasi politiknya sendiri ketimbang kepentingan bangsa dan negara.

Bung Hatta mundur dari jabatan wakil presiden RI pada 1 Desember 1956. I Wangsa Widjaya mengatakan, perhatian dan sumbangsih Hatta tidak lantas berhenti sesudah tokoh ini kembali menjadi warga biasa. Suami Ny Rachmi ini terus menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi persatuan bangsa.

Misalnya, ketika pecah peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada Februari 1958, Bung Hatta telah sekuat tenaga mengusahakan perdamaian antara daerah-daerah dan pusat. Indonesia, katanya, tidak boleh pecah. Namun sayang, Sukarno yang saat itu terlanjut mengecap PRRI sebagai “pemberontakan” mengirimkan pasukan tempur ke daerah-daerah kantong PRRI, termasuk Sumatra Barat.

Padahal, PRRI sejatinya adalah gerakan anti-pemerintah pusat belaka, tak bermaksud memisahkan diri dari RI. Yang dituntut ialah bahwa Sukarno kembali taat pada konstitusi dengan membentuk suatu zaken kabinet nasional, bukan malah menunjuk diri Bung Karno sendiri sebagai formatur kabinet. 

Read Entire Article