RI Butuh Rp 4.000 T untuk Pembiayaan Hijau, Ini Tantangan yang Mengadang

3 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Alexandra Askandar (pertama dari kiri), dalam acara Karya Kreatif Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (8/8/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Alexandra Askandar, mengungkapkan Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan sebesar Rp 4.000 triliun untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca sesuai komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030.

Menurut Alexandra, kapasitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai sangat terbatas untuk menutup semua kebutuhan tersebut.

“APBN yang saat ini juga masih terbebani untuk mendukung berbagai program inti, hanya bisa menyuplai sekitar USD 3 miliar per tahun. Jadi gap-nya masih besar, dan harus dicari dari sumber non-APBN,” ujar Alexandra dalam acara Karya Kreatif Indonesia di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (8/8).

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Alexandra Askandar). Foto: Nuel snap

Berdasarkan data yang dipaparkan Alexandra, sektor energi dan transportasi menyumbang kebutuhan terbesar pembiayaan, yaitu sebesar USD 245,9 miliar.

Kemudian disusul sektor kehutanan dan tata guna lahan sebesar USD 21,7 miliar, pengelolaan limbah USD 13 miliar, industri proses (IPPU) USD 0,06 miliar, dan pertanian USD 0,5 miliar.

Dengan gap pembiayaan yang besar, dibutuhkan investasi tambahan dari luar APBN sebesar USD 18,6 miliar per tahun.

BNI menilai tantangan utama dalam mendorong pembiayaan hijau datang dari tiga aspek, yakni regulasi, infrastruktur dan teknologi, serta pembiayaan itu sendiri.

Dari sisi regulasi, Alexandra menyebut belum ada insentif maupun disinsentif yang jelas dan mampu mendorong sektor industri untuk segera bertransisi ke praktik ramah lingkungan.

“Tantangan dan strategi, pertama dari sisi regulasi, kemudian teknologi dan infrastruktur, serta dari sisi pembiayaan. Dari sisi regulasi, bahwa saat ini belum ada insentif atau disinsentif yang clear yang akan mendorong perusahaan atau institusi itu untuk segera melakukan transisi,” ujarnya.

Meskipun sudah ada Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI), Alexandra menilai implementasinya masih terbatas pada tahap kesadaran dan belum masuk ke tahap penegakan yang bersifat mengikat.

Sementara di sisi infrastruktur, keterbatasan teknologi hijau dan tingginya biaya investasi menjadi penghambat utama. Dia memberi contoh masih minimnya stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di wilayah-wilayah terpencil.

"Kalau kita bicara untuk pengisian baterai untuk kendaraan EV, apakah sudah bisa di remote area? Saya yakin pasti kita akan kesulitan untuk menemukan SPKLU di daerah-daerah yang remote, karena semuanya masih terkonsentrasi di kota-kota besar maupun di Pulau Jawa,” ucapnya.

Read Entire Article