Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) dan istri Brigitte Macron (kanan) melakukan kunjungan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025). Dalam kunjungan di candi yang dibangun pada 750-850 Masehi oleh Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno tersebut keduanya menyampaikan sejumlah kesepakatan antarkedua negara.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya, Brigitte, menyewa detektif swasta untuk mengumpulkan informasi tentang pemengaruh AS, Candace Owens, yang mereka gugat. Gugatan terhadap Owens terkait tuduhan bahwa Brigitte Macron terlahir sebagai laki-laki.
Dilansir dari Financial Times, Selasa (12/8/2025), pada akhir Juli harian itu menulis bahwa pasangan Macron mengajukan gugatan terhadap Owens di Delaware, AS. Penyelidikan dilakukan oleh firma Nardello & Co sebelum gugatan itu diajukan.
Menurut pengacara mereka, Tom Clare, langkah itu diambil untuk mengetahui apa yang memicu ketertarikan wartawan itu terhadap Brigitte.
Menurut penyelidikan, setelah Owens mengangkat isu soal Brigitte, media Rusia ikut memberitakannya. Namun, detektif tidak menemukan bukti Owens pernah bertemu tokoh media atau pejabat Rusia.
Pada Februari, Owens meluncurkan program delapan episode "Becoming Brigitte" di internet, yang mempertanyakan identitas gender ibu negara Prancis itu. Kasus itu mencuat setelah pada 10 Juli, Pengadilan Banding Paris membebaskan jurnalis independen Natacha Rey, yang sebelumnya dihukum atas tuduhan serupa.
Pada Juni 2023, Rey dan Amandine Roy (pemilik kanal YouTube yang menyiarkan video Rey) dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Banding Caen karena melakukan pencemaran nama baik. Pada September 2024, pengadilan Paris menjatuhkan denda sebesar 13.500 euro (sekitar Rp 236 juta) kepada mereka.
Desas-desus soal identitas gender Briggite bermula pada 2021, ketika Rey berdalih istri Presiden Macron itu terlahir sebagai laki-laki. Tuduhan itu kemudian menjadi viral.
Pada Maret 2024, Macron mengecam tersebarnya kabar bohong itu dan mengatakan bahwa hal terburuk yang dia hadapi sebagai presiden adalah informasi palsu dan cerita yang dibuat-buat, yang membuat orang percaya dan mengganggu kehidupan pribadinya.
sumber : Antara/Sputnik/RIA Novosti