Pemerintah menargetkan belanja negara mencapai Rp 3.786,5 triliun dengan pendapatan negara sebesar Rp 3.147,7 triliun. Selisih keduanya menghasilkan defisit Rp 638,8 triliun atau 2,48 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit tersebut, kata Prabowo, akan ditopang pembiayaan yang prudent, inovatif, dan berkelanjutan. Ia menegaskan, pemerintahannya akan berupaya keras melakukan efisiensi agar defisit semakin kecil.
“Dan pemerintah yang saya pimpin berjanji di hadapan majelis ini, kami akan terus melaksanakan efisiensi, sehingga defisit ini kita ingin tekankan sekecil mungkin,” kata Prabowo dalam Pidato Nota Keuangan 2026, Jumat (15/8).
Lebih lanjut, Prabowo mengungkapkan ambisi besar untuk menghapus defisit APBN dalam dua tahun ke depan. Ia ingin suatu saat bisa berdiri kembali di podium parlemen untuk menyampaikan capaian tersebut.
“Dan adalah harapan saya, adalah cita-cita saya untuk suatu saat, apakah dalam 2027 atau 2028, saya ingin berdiri di depan majelis ini, di podium ini untuk menyampaikan bahwa kita berhasil punya APBN yang tidak ada defisitnya sama sekali,” tegasnya.
Prabowo menekankan pentingnya keberanian politik untuk menutup celah kebocoran anggaran. Ia mengajak seluruh kekuatan politik bersatu demi mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang bersih dan efisien.
“Kita harus berani, kita harus berani dan kita harus bertekad menghilangkan kebocoran, menekan segala bentuk kebocoran. Dan untuk itu saya minta dukungan seluruh kekuatan politik yang ada di Indonesia,” kata Prabowo.
Ia juga menegaskan bahwa negara yang besar dan kaya sumber daya seperti Indonesia akan mampu menyejahterakan seluruh rakyat jika dikelola dengan baik. Untuk itu, pembiayaan kreatif dan inovatif akan terus dikembangkan agar APBN tetap fleksibel, adaptif, dan responsif terhadap guncangan.
“Setiap aset negara harus dikelola secara efisien dan produktif agar menghasilkan nilai tambah dan kontribusi positif bagi kesejahteraan rakyat,” tutur Prabowo.