Menurut Perry, pencapaian ini merupakan hasil kerja bersama selama satu dekade antara BI, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan berbagai pihak lain yang terlibat dalam pengembangan industri halal nasional.
Dalam acara Sarasehan Ekonomi Syariah Nasional 2025 bersama MUI, Perry mengajak tamu yang hadir mengingat kembali momentum Mei 2015.
Saat itu, BI dan MUI pertama kali menggelar sarasehan nasional di gedung yang sama. Forum tersebut menjadi titik awal lahirnya visi besar menjadikan Indonesia sebagai “arus baru” ekonomi syariah.
“10 tahun yang lalu, Pak Kiai Haji Ma’ruf Amin memerintahkan kita, mempunyai visi, mari kita jadikan Indonesia, istilah beliau adalah arus baru. Karena arus ada terus, kalau poros muter-muter. Arus terus menang,” kenang Perry.
Sejak visi itu dicanangkan, Indonesia mencatat kemajuan pesat di berbagai sektor industri syariah. Perry menyebut, saat ini Indonesia memimpin di sektor fesyen muslim dunia dan masuk tiga besar untuk industri keuangan syariah.
“Alhamdulillah, Indonesia adalah the best, the number one dalam modest fashion di global. Kiblat modest fashion dunia adalah dari Indonesia,” ujar Perry.
Kiblat fesyen muslim global yang kini mengarah ke Indonesia, menurut Perry, menjadi bukti bahwa produk kreatif berbasis budaya dan nilai Islam dapat bersaing di panggung internasional.
Di sisi lain, sektor keuangan syariah juga mencatatkan kemajuan signifikan dengan hadirnya Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai salah satu bank syariah terbesar di kawasan.
“Indonesia nomor tiga, keuangan syariah. Yang kita harus kejar adalah untuk halal food. Yang kita harus kejar untuk bagaimana tapi tetap one of the five,” tambahnya.
Selain fesyen dan keuangan, Perry menegaskan, industri makanan halal menjadi target selanjutnya yang harus dikejar. Saat ini, Indonesia sudah masuk dalam lima besar dunia untuk sektor tersebut, namun ia menilai potensi pasar dan produksi masih dapat ditingkatkan, terutama melalui sinergi lintas sektor.
Perry menuturkan, kunci dari kemajuan ekonomi syariah Indonesia adalah kolaborasi dan pemberdayaan komunitas akar rumput, terutama pondok pesantren.
Sejak 2015, BI mendorong pesantren untuk menjadi pusat kegiatan ekonomi umat, mulai dari bisnis percetakan, pengelolaan air bersih, pertanian hijau, hingga industri roti. Digitalisasi juga diperkenalkan agar pesantren bisa mengakses pasar yang lebih luas, termasuk ekspor produk halal.
“Pondok-pondok pesantren kita sudah menjadi pusat-pusat bisnis ekonomi syariah. Bahkan pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan, tapi juga pusat ekonomi syariah, bisnis,” jelasnya.
Selain membangun ekosistem halal dan memperluas akses keuangan, Perry menyebut literasi ekonomi syariah menjadi pilar penting yang terus diperkuat. Festival Ekonomi Syariah yang digelar rutin di berbagai wilayah Indonesia menjadi sarana dakwah ekonomi sekaligus promosi produk dan inovasi pelaku usaha syariah.
Bagi Perry, capaian...