
Presiden Donald Trump mendesak warga Iran di Teheran untuk mengevakuasi diri/dievakuasi. Hal ini diungkapkan Trump di akun sosial media Truth Social.
"Iran seharusnya menandatangani 'kesepakatan' yang saya minta kepada mereka untuk ditandatangani. Sangat disayangkan, dan sangat menyia-nyiakan nyawa manusia. Sederhananya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya telah mengatakannya berkali-kali! Semua orang harus segera dievakuasi dari Teheran," kata Trump, dikutip dari Reuters, Selasa (17/6).
Masih di Truth Social, Trump mengatakan salah satu dari kebijakan America First yang dijalankan pemerintahannya adalah Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
"AMERICA FIRST berarti banyak HAL hebat, termasuk fakta bahwa IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. BUAT AMERIKA HEBAT LAGI!!!" lanjutnya.
Sementara itu, media Iran Asriran melaporkan adanya ledakan dan serangan udara besar-besaran di Teheran pada Selasa pagi. Pertahanan udara juga diaktifkan di Natanz, rumah bagi instalasi nuklir yang berjarak 320 kilometer.
AS tidak terlibat langsung dalam serangan Israel ke Iran, tapi mendapat notifikasi dari sekutunya itu.
Jalan Menuju Luar Kota Teheran Macet, Warga Mulai Mengungsi

Ribuan warga yang tinggal di Teheran pun mulai meninggalkan rumah-rumah mereka dan menimbun kebutuhan yang penting karena khawatir serangan Israel ke Iran semakin meningkat dalam beberapa hari ke depan.
Penduduk pusat Kota Teheran sekitar 8,7 juta, sedangkan jika dihitung dengan area sekitarnya (Greater Teheran) sekitar 15 juta.
Militer Israel juga telah memperingatkan warga Iran untuk meninggalkan rumah mereka karena alasan keselamatan lewat berbagai pesan. Namun, otoritas Iran menyebut pesan Israel itu sebagai perang psikologis dan meminta warganya untuk tidak panik. Di sisi lain, televisi pemerintah menayangkan video kemacetan lalu lintas di jalan-jalan yang menuju keluar ibu kota.
Warga lainnya, Arshia, mengatakan keluarganya meninggalkan kota Damavand yang berjarak 50 kilometer di timur Teheran hingga konflik berakhir.
"Orang tua saya ketakutan. Setiap malam ada serangan, tidak ada sirene serangan udara, dan tidak ada tempat perlindungan. Kenapa kami harus membayar harga atas kebijakan permusuhan negara?" kata Arshia.
Serangan Israel ke Iran membuat penduduk tak hanya panik, tapi juga mengungkap celah kritis dalam langkah-langkah keamanan, khususnya kurangnya tempat perlindungan bom yang memadai.

Meski telah membangun beberapa "kota" rudal bawah tanah, Iran kekurangan tempat perlindungan bom publik. Namun, pemerintah pada Minggu (15/6) mengatakan bahwa masjid, sekolah, dan kereta bawah tanah akan dibuka sepanjang waktu untuk dijadikan tempat perlindungan selama serangan Israel.
"Sangat sulit untuk menyewa tempat di luar Teheran. Juga harga pangan meningkat setiap hari karena pemilik toko menaikkan harga barang," lanjutnya.
"Saya putus asa. Kedua anak saya ketakutan dan tidak bisa tidur saat malam karena suara serangan dan pertahanan udara, ledakan. Tapi kami tidak punya tempat untuk mengungsi. Kami sembunyi di bawah meja makan," pungkasnya.
Serangan Israel ke Iran menyebabkan setidaknya 224 orang tewas. 90% dari korban tewas merupakan warga sipil.
Sementara serangan Iran ke Israel menyebabkan 24 orang tewas. Semuanya adalah warga sipil.