Head of Treasury and Global Markets BSI, Kemal Aditya, juga menuturkan hal ini mungkin juga diakibatkan adanya fenomena Fear of Missing Out (FOMO) membeli emas di masyarakat.
“Bahwa dibandingkan tahun 2024, transaksi nasabah kami beli emas itu meningkat di situ 4 kali lipat. Mungkin ada fenomena FOMO juga dari masyarakat ya, tinggi sekali minatnya,” kata Kemal dalam seminar nasional di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan pada Selasa (⅝).
Jika diurutkan dari Januari sampai Juni, penjualan emas juga terus meningkat. Pada Januari 2025 transaksi penjualan emas BSI tercatat ada pada 35 kg dengan 14 transaksi, pada Maret penjualan meningkat mencapai 232 kg dengan 75 transaksi, pada Juni angkanya terus meningkat sampai 693 kg dengan 238 transaksi.
Selain itu, BSI juga melihat adanya tren peningkatan penjualan emas batangan ketimbang emas perhiasan.
“Masyarakat sekarang udah mulai-mulai investasi emas gitu. Jadi permintaan terhadap gold bar emas Batangan itu menunjukkan tren yang meningkat, cenderung meningkat. Sehingga masyarakat itu tidak hanya memakai perhiasan emas, tapi juga mulai sangat meminati investasi dalam bentuk gold bar,” ujarnya.
Jika dibandingkan untuk tahun 2023 dengan 2024, pada 2023 permintaan konsumen emas Indonesia untuk emas perhiasan ada pada 25,06 ton atau 55 persen dari total sementara emas batangan ada pada 20,61 ton atau 45 persen dari total.
Di tahun 2024, hal ini justru berbalik dengan permintaan emas batangan yang lebih tinggi. Tercatat permintaan emas batangan menjadi 24,50 ton atau 52 persen dari total sementara emas perhiasan ada pada 22,83 ton atau 48 persen dari total.