REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan rencananya menduduki Gaza sepenuhnya pada Kamis malam. Rancana ini makin mengancam warga Gaza yang hampir dua tahun menderita akibat genosida oleh Israel.
Ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan Fox News menjelang pertemuan Kabinet Keamanan, Netanyahu mengonfirmasi rencana pencaplokan itu. “Kami ingin menjamin keamanan kami, menyingkirkan Hamas di sana, memungkinkan penduduknya bebas dari Gaza, dan mengesahkan pemerintahan sipil di sana.”
Namun, dia menekankan, Israel tak ingin terus memerintah di Gaza. “Kami tidak ingin mengatur Gaza. Kami tidak ingin berada di sana sebagai badan pengatur." Sementara Kabinet Keamanan Israel membahas perluasan serangannya yang sudah berlangsung selama 22 bulan.
Memperluas operasi militer di Gaza akan membahayakan nyawa banyak warga Palestina dan sekitar 20 sandera Israel yang tersisa. Tindakan itu juga akan semakin mengisolasi Israel secara internasional. Israel sejauh ini sudah menguasai sekitar tiga perempat wilayah yang hancur.
Keluarga para sandera yang ditahan di Gaza khawatir eskalasi akan berdampak buruk pada kerabat mereka. Beberapa di antara mereka melakukan protes di luar pertemuan Kabinet Keamanan di Yerusalem. Mantan pejabat tinggi keamanan Israel juga menentang rencana tersebut, dan memperingatkan timbulnya banyak masalah dengan sedikit saja manfaat militer tambahan.
Seorang pejabat Israel sebelumnya mengatakan Kabinet Keamanan akan membahas rencana untuk menaklukkan seluruh atau sebagian Gaza yang belum berada di bawah kendali Israel. Pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama sambil menunggu keputusan resmi, mengatakan bahwa apa pun yang disetujui akan dilaksanakan secara bertahap untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas.
Perang udara dan darat Israel telah menewaskan puluhan ribu orang di Gaza, membuat sebagian besar penduduk mengungsi, menghancurkan wilayah yang luas dan menyebabkan kelaparan yang parah dan meluas. Warga Palestina bersiap menghadapi kesengsaraan lebih lanjut.
“Tidak ada lagi yang tersisa untuk ditempati,” kata Maysaa al-Heila, yang tinggal di kamp pengungsian. “Tidak ada lagi Gaza yang tersisa.” Setidaknya 42 warga Palestina syahid dalam serangan udara dan penembakan Israel di Gaza selatan pada hari Kamis, menurut rumah sakit setempat.
Kabinet Keamanan, yang perlu menyetujui keputusan tersebut, mulai mengadakan pertemuan pada Kamis malam, menurut media Israel, dan diperkirakan akan berlangsung hingga malam hari.
sumber : Associated Press