Pahit Nasib Pengusaha Konveksi, Uang Pesangon PHK Ludes-Orderan Sepi

2 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) Nandi Herdiaman mengungkapkan kenyataan pahit yang tengah dihadapi para pelaku usaha konveksi. Sejak 2022, banyak anggota IPKB terpaksa menghentikan usaha karena kalah bersaing dengan produk impor murah, baik di pasar online maupun offline.

Akibatnya, tak sedikit yang terpaksa beralih profesi, mulai dari bekerja ke luar negeri, bertani, hingga menjadi pengemudi ojek online.

"Kebanyakan anggota kami yang selama ini ya, mungkin dari 2022 ya, itu banyak memang teman-teman yang berhenti, karena kan tadi banyaknya kita bersaing ya, dengan produk-produk impor yang begitu murah, mau di online atau di offline. Akhirnya pada banting setir itu, ada yang ke luar negeri kerja, juga ada yang kerja untuk ya bertani, macam-macam, ada juga yang jadi supir ojek online kan gitu," ungkap Nandi kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (6/8/2025).

Ironisnya lagi, Nandi menyebut ada juga mantan pemasar konveksi yang kini justru menjadi pemasar produk impor murah, berbalik arah dari posisi semula.

"Tadinya marketing kami, UMKM, sekarang untuk jadi marketing penjual produk impor murah gitu," ujarnya.

Korban PHK Bisnis Konveksi Tapi Terancam

Di sisi lain, muncul gelombang pelaku usaha baru yang justru berasal dari korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor tekstil. Katanya, mereka menggunakan uang pesangon untuk membeli mesin dan membuka usaha konveksi kecil, lalu bergabung dengan IPKB untuk mencari peluang kerja.

"Banyak juga yang korban-korban PHK dari pabrik ya, nah itu akhirnya dia banting setir coba buka konveksi, yang akhirnya bergabung ke kami untuk meminta kerjaan, orderan kan gitu," jelas Nandi.

Namun, fenomena ini juga memunculkan tantangan baru. Meski jumlah pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) bertambah, daya serap pasar terhadap produk dalam negeri justru rendah. Alhasil, banyak pelaku baru kebingungan menentukan produk yang akan dipasarkan.

"Sekitar 30% dia udah banting setir ya, maksudnya tidak produksi lagi dari tahun 2022. Nah sekarang dari korban PHK banyak juga dia menjadi pelaku IKM baru gitu. Tapi kami juga bingung gitu, pemesanan ke asosiasi pun juga kurang," ujarnya.

Menurut Nandi, pasar dalam negeri masih dibanjiri barang impor murah yang harganya jauh lebih murah. Ketimpangan ini membuat pelaku usaha lokal kesulitan bertahan, apalagi jika tanpa dukungan regulasi yang kuat.

"Jadi tetap sih kembali kepada pasar ya bahwa barang impor ilegalnya masih membanjiri... nah ini yang berat bagi kami para pelaku gitu," kata dia.

Minta Tolong Pemerintah

Ia juga menyoroti efek domino dari lesunya sektor tekstil terhadap perekonomian secara keseluruhan. Ketika konveksi gulung tikar, lanjut dia, lapangan kerja menghilang, daya beli menurun, dan akhirnya mempengaruhi sektor-sektor lainnya seperti usaha sewa kontrakan, angkutan umum, kuliner, hingga perbankan.

"Saya sendiri nih sebagai pelaku usaha ya... saya bisa menghidupi berarti kalau 25 sekitar 500 pekerja. Nah, sekarang ketika si konveksi IKM atau garmen ini tutup, yang tadi itu berarti pengangguran banyak, nah ketika pengangguran banyak berarti daya beli turun," tegasnya.

Ia menambahkan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sejatinya merupakan sektor padat karya yang mampu menyerap jutaan tenaga kerja. Namun, saat TPT kolaps, otomatis peluang kerja pun menyusut drastis.

"Ketika tekstil dan produk tekstilnya pada gulung tikar, ya gimana mau menciptakan lapangan kerja," ujar Nandi.

Lebih lanjut, Nandi menekankan satu harapan sederhana kepada pemerintah. Ia mengharapkan perlindungan pasar dalam negeri. Dengan populasi Indonesia mencapai 280 juta jiwa, menurutnya cukup hanya 60-70% masyarakat membeli produk lokal, maka industri tekstil bisa hidup kembali.

"Pemerintah hanya simple aja sih, awasi pengawasannya benar, lindungi marketnya. Itu dengan sendirinya kami, TPT ini akan menyerap lagi jutaan tenaga kerja," pungkasnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Industri Primadona RI di Ujung Tanduk, Pengusaha Waswas Tanda Bahaya

Read Entire Article