REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menegaskan pasar modal Indonesia memiliki peran strategis dalam menopang stabilitas ekonomi nasional. Ketangguhan pasar modal dinilai menjadi faktor penting di tengah tekanan ekonomi global.
“Meskipun pada kuartal II tahun ini maupun di awal tahun ini mengalami tekanan berat, namun kita bisa melihat bahwa pasar modal Indonesia tetap mampu menunjukkan resiliensi dan kapasitas adaptasi yang baik,” kata Mahendra dalam acara HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (11/8/2025).
Mahendra menyebut pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I 2025 yang mencapai 5,12 persen year on year (yoy) mencerminkan kokohnya fondasi ekonomi nasional.
Ia menilai capaian ini sekaligus bukti infrastruktur pasar modal semakin tangguh menghadapi gejolak eksternal, dengan komitmen bersama menjaga stabilitas dan kepastian.
Hingga 8 Agustus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.533,39 atau menguat 6,41 persen secara year to date (ytd) dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp13.555 triliun.
Pada perdagangan Senin pagi, IHSG dibuka menguat 62,16 poin (0,83 persen) ke posisi 7.595,55. Pasar surat utang juga tumbuh positif, dengan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) di level 421,81 atau naik 7,42 persen. Penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp144,78 triliun dari 16 emiten baru, sementara 13 perusahaan lain dalam pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif Rp16,65 triliun.
Reputasi tata kelola emiten Indonesia juga mendapat pengakuan internasional. Dalam ASEAN Corporate Governance Conference and Awards 2025 di Malaysia, skor rata-rata nasional ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) Indonesia naik sembilan persen atau yang tertinggi di ASEAN.
Empat emiten RI masuk Top 50 ASEAN, termasuk dua bank yang berada di 10 besar, dan jumlah perusahaan yang masuk kategori ASEAN Asset Class melonjak dari sembilan menjadi 23.
Mahendra menegaskan capaian tersebut adalah hasil nyata inisiatif pembinaan dan pengawasan OJK yang mendorong tata kelola perusahaan yang transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. “Langkah ini sekaligus memperkuat posisi pasar modal Indonesia di tingkat internasional,” ujarnya.
sumber : Antara