REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan update perkembangan saham syariah di Pasar Modal Indonesia. Tercatat, saham syariah mengalami peningkatan double digit sepanjang berjalannya tahun 2025 hingga awal Agustus.
“Terkait dengan pasar modal syariah, data-data menunjukkan hal yang sangat menggembirakan. Ini tercermin dari Indeks Saham Syariah Indonesia atau ISSU per 8 Agustus 2025 ditutup pada level 254 poin atau meningkat 17,9 year to date (ytd),” kata Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek Aditya Jayaantara dalam konferensi pers HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia di Gedung BEI, Jakarta, Senin (11/8/2025).
Menurut catatan IDX, secara historis, pertumbuhan ISSI pada berjalannya tahun ini merupakan yang tertinggi, setidaknya dalam enam tahun terakhir. ISSI diketahui mengalami fluktuasi naik dan turun dalam periode 2019—2025.
ISSI sempat mengalami kejatuhan pada momen pandemi Covid-19 pada 2020 sebesar -5,46 persen di level 177,48 dari angka 187,73 pada 2019. Lalu pada 2021 pertumbuhan naik mencapai 6,50 persen menjadi 189,02 pada 2021, berlanjut tumbuh 15,19 persen pada 2022.
Sayangnya pada 2023, pertumbuhan ISSI mengalami kontraksi -2,34 persen menjadi 212,64, lalu rebound pada 2024 menjadi 215,65. Dan pertumbuhan pada 2025 menjadi yang tertinggi sebesar 17,96 persen.
“Adapun market cap secara year to date mencapai Rp 8.485,79 triliun, atau meningkat 24,33 persen,” lanjut Aditya.
Secara historis, capaian market cap saham syariah di pasar modal Indonesia juga berfluktuasi. Namun sedikit berbeda dibandingkan pergerakan ISSI. Market cap cenderung konsisten tumbuh positif.
Perinciannya, angka kapitalisasi pasar sebesar Rp 3.744,82 triliun pada 2019, lalu turun 10,68 persen pada 2020 menjadi Rp 3.344,93 triliun. Market cap pada 2021 naik 19,10 persen menjadi Rp 3.983,65 triliun, berlanjut tumbuh 20,14 persen menjadi Rp 4.786,02 triliun pada 2022. Lantas lanjut mengalami pertumbuhan sebesar 28,41 persen pada 2023 menjadi Rp 6.145,96 triliun dan tumbuh 11,05 persen pada 2024 menjadi Rp 6.825,31 triliun. Kemudian, pada 2025 hingga 8 Agustus kembali tumbuh double digit menjadi Rp 8.485,79 triliun.