Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia berdasarkan data yang ia punya, terus mengalami penurunan.
Menurutnya, jumlah hektare yang habis terbakar tidak mencapai jutaan seperti yang terjadi pada 2015-2019. Meski begitu, ia meminta seluruh jajaran dan masyarakat tetap waspada hingga akhir September.
“Menurut kita sangat baik sekali di mana tren penurunan jumlah karhutla. Jadi ada pattern 4-5 tahunan, jadi yang parah itu selalu 4 tahun. Tahun 2015 terbakar sekitar 1,8 juta hektare. Kemudian 4 tahun berikutnya, 2019 turun menjadi sekitar 1 juta hektare, kemudian 2023 itu bisa sekitar 600 ribu hektare,” kata Raja Juli saat mengunjungi Gedung MHEWS BMKG Pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (12/8).
Raja Juli menyebut, penurunan terjadi karena pemerintah belajar dari pengalaman masa lalu dan merumuskan strategi berbasis ilmu pengetahuan serta teknologi.
“Jadi ada proses penurunan. Kenapa itu bisa turun? Karena tadi kita belajar dari kesalahan belajar dari yang baik dan yang buruk pada masa lalu,” kata Raja Juli.
“Sehingga dirumuskan sebuah strategi yang baik. Nah, rumusan strategi itu kalau kita lihat itu percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak diasuh oleh Ibu BMKG (Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati) di sini,” lanjutnya.
Menhut menyebut, teknologi yang dimanfaatkan antara lain aplikasi, radar, dan satelit untuk memantau cuaca serta tingkat kemudahan terbakar lahan.
Data ini kemudian digunakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menentukan langkah seperti operasi modifikasi cuaca, water bombing, patroli udara, dan pengerahan pasukan darat.
“Nah, di pasukan darat juga kita lebih terkoordinasi ada TNI, ada Polri, dari (Kementerian) Kehutanan dan Manggala Agni yang juga sudah memiliki kemampuan untuk melakukan pemadaman api,” ujar Raja Juli.
“Berikut peralatan yang baik, sehingga dengan modifikasi udara, operasi udara dan darat, ini angka Karhutla terus dapat turun termasuk pada tahun ini,” lanjutnya.
Ia memastikan per 12 Agustus 2025, kondisi Karhutla berada pada titik aman dan terkendali. Namun, peringatan tetap disampaikan kepada masyarakat dan pemerintah daerah.
“Nanti dilakukan lebih lengkap bahwa angkanya sangat baik per 12 Agustus ini sungguh berada pada titik yang aman terkendali. Tapi, tadi kami sepakat untuk mengatakan kepada masyarakat, kepada gubernur, Bapak Pangdam, Bapak Kapolda, untuk tetap alert hati-hati sampai akhir September, karena cuaca hujan masih variatif,” jelas Raja Juli.
“Tapi, September terutama di Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat itu tetap harus hati-hati. Mudah-mudahan selesai September nanti sudah masuk musim hujan dan aman tepat,” tandasnya.