Pelayanan haji 2026 sudah mulai disiapkan. Salah satu yang jadi perhatian, yakni opsi penambahan bandara di Arab Saudi untuk melayani jemaah.
Bandara Taif sering kali disinggung sebagai salah satu alternatif untuk melayani jemaah haji Indonesia. Tapi, Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai, bandara Taif sulit dipakai.
"Untuk Bandara Taif ini ada kesulitan. Kami cek di sana, ketinggiannya di atas 1.500 meter di atas permukaan laut. Ini sangat riskan buat pesawat berbadan lebar," kata Nasaruddin dalam Raker di Komisi VIII DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (27/8).
"Lalu, aspal tipis kalau pesawat mendarat bisa anjlok. Lalu enggak punya embarkasi luas," tambah dia.
Nasaruddin meminta Kepala BP Haji Gus Irfan untuk berkomunikasi lebih awal dengan pemerintah Arab Saudi terkait berbagai hal, termasuk transportasi jemaah.
Di tempat yang sama, Gus Irfan mengamini kesulitan menggunakan bandara Taif sebagai salah satu tempat pendaratan pesawat pengangkut jemaah haji Indonesia. Padahal, bila beroperasi, waktu tinggal jemaah haji bisa dipersingkat menjadi 30 hari.
"Kami sudah bicara juga dengan Pak Menag, memang agak sulit dilakukan di sana. Jadi tanpa menambah slot penerbangan, paling bisa mengurangi 1-2 hari berkurang," kata Gus Irfan.
Saat ini, Indonesia mendapatkan 17 slot penerbangan untuk di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan Bandara Amr Mohammad bin Abdul Aziz Madinah. Dengan slot penerbangan yang terbatas, membuat waktu tinggal jemaah menjadi lebih lama, yakni sekitar 40 hari.