Paus Leo XIV kembali menyerukan seruan agar konflik yang terjadi di Gaza, Palestina segera dihentikan.
Dikutip dari Reuters, Rabu (27/8), Paus Leo tak secara spesifik menyebut Israel ataupun Hamas. Namun, dia menggunakan kata 'Tanah Suci' untuk merujuk konflik yang terjadi di Gaza, Palestina.
Ia meminta agar kekerasan Gaza dihentikan secara permanen.
"Saya sekali lagi menyampaikan seruan keras agar konflik di Tanah Suci, yang telah menyebabkan begitu banyak teror, kehancuran, dan kematian, segera diakhiri," kata Paus dalam audiensi mingguan di Vatikan.
Dia juga meminta agar semua sandera yang ditahan kedua pihak segera dibebaskan, serta membuka akses bantuan kemanusiaan selebar-lebarnya.
"Saya mohon agar semua sandera dibebaskan, agar gencatan senjata permanen dicapai, agar bantuan kemanusiaan dapat difasilitasi dengan aman, dan agar hukum humaniter internasional dihormati sepenuhnya," ujarnya.
Ia juga menekankan agar hukum internasional ditegakkan.
"Kewajiban untuk melindungi warga sipil, larangan hukuman kolektif, penggunaan kekuatan tanpa pandang bulu, dan pemindahan paksa penduduk," kata Paus Leo.
Paus asal AS ini sudah beberapa kali menunjukkan perhatiannya terhadap konflik yang terjadi di Palestina. Sikapnya ini tak jauh berbeda dengan pendahulunya, mendiang Paus Fransiskus, yang juga vokal terhadap situasi di Palestina. Namun, Paus Leo lebih berhati-hati dalam menyebut pihak yang berkonflik.
Meski tak menyebut secara spesifik, Paus Leo sebelumnya meminta umat Katolik berpuasa dan berdoa setiap hari Jumat demi perdamaian dalam berbagai konflik di dunia.
"Selagi Bumi kita terus terluka oleh perang di Tanah Suci, di Ukraina, dan di banyak wilayah lainnya. Saya mengundang semua umat beriman untuk menjalani hari Jumat, 22 Agustus dengan berpuasa dan berdoa," kata Paus Leo saat itu.
Ia juga menyatakan kepedulian atas serangan Israel yang menghantam gereja Katolik di Gaza pada Juli lalu.
“Saya mengimbau masyarakat internasional untuk menaati hukum humaniter dan menghormati kewajiban melindungi warga sipil serta larangan hukuman kolektif, penggunaan kekuatan tanpa pandang bulu, dan pemindahan paksa penduduk," ujar Paus Leo.
Sejak serangan 7 Oktober 2023, Hamas dan Israel masih menahan sandera. Keputusan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menguasai Gaza secara total juga diprotes, baik dari dalam maupun luar negeri.
Di dalam negeri, Netanyahu diprotes oleh keluarga korban sandera. Merek menilai upaya penguasaan total Gaza hanya akan mengorbankan keluarga mereka yang masih ditahan.