"Saya ingin menyerahkan kepada pihak maskapai atau pemerintah untuk menjawab secara spesifik mengenai negosiasi maupun kesepakatan mereka," ujar Dave saat media briefing di Menara Astra, Jakarta Pusat, Rabu (27/8).
Namun secara keseluruhan dia melihat Indonesia sebagai pasar yang menarik. Ia menjelaskan, kebutuhan pembaruan tersebut sejalan dengan proyeksi Boeing terhadap permintaan pesawat di Asia Tenggara yang diperkirakan mencapai 4.885 unit baru dalam 20 tahun mendatang. Proyeksi ini didukung tren pertumbuhan tahunan sekitar 7 persen di sektor penerbangan kawasan.
“Ketika kami melihat ukuran pasar Indonesia dan jumlah pesawat yang ada di pasar Indonesia saat ini di Asia Tenggara secara keseluruhan, ada bagian besar dari (pesawat) itu yang perlu diganti dalam waktu dekat. Ada peluang besar untuk pertumbuhan di pasar dengan 4.885 (proyeksi permintaan) pesawat,” jelasnya.
Dave menilai, fundamental di Asia Tenggara, terutama Indonesia, sangat mendukung pertumbuhan pasar penerbangan. Faktor demografi dengan populasi yang terus bertambah signifikan, ditambah dengan pertumbuhan kelas menengah sebesar 3 hingga 8 persen per tahun, serta peningkatan sektor pariwisata, menjadi penopang utama.
“Jadi saya pikir ini adalah semacam fundamental yang sudah ada untuk membantu maskapai di Indonesia terus menumbuhkan armadanya dan menaruh investasi itu ke dalam negeri dan berinvestasi dengan pesawat untuk terus menumbuhkan ekonomi,” lanjut Dave.
Selain itu, Boeing juga menekankan bahwa kehadiran pesawat baru akan berdampak langsung pada perekonomian. Dari total proyeksi 4.885 pesawat baru di Asia Tenggara, diperkirakan dapat menciptakan sekitar 243.000 lapangan pekerjaan baru di kawasan tersebut, khususnya di bidang teknologi.
“Sesuatu yang belum sempat saya bicarakan, tetapi dengan 4.885 pesawat di Asia Tenggara, itu berarti 243.000 pekerjaan baru, pekerjaan teknologi baru, akan masuk ke pasar Asia Tenggara,” tutup perwakilan Boeing.
Dave menyatakan bahwa investasi maskapai pada pesawat baru pun kedepannya dinilai memberikan multiplier effect bagi perekonomian, baik melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan perdagangan barang, maupun penguatan konektivitas tidak hanya di tingkat regional tetapi juga global.
“Jadi saya pikir fundamental sudah ada untuk Indonesia agar terus menjadi pasar penerbangan yang kuat ke depannya,” tutur Dave.