Puluhan ribu pengunjuk rasa pro-Palestina, termasuk pendiri WikiLeaks Julian Assange, berbaris melintasi Sydney Harbour Bridge, pada Minggu (3/9). Saking banyaknya, kerumunan demonstran menutup landmark terkenal tersebut.
Dikutip dari AFP, Assange, yang kembali ke Australia tahun lalu setelah dibebaskan dari penjara berkeamanan tinggi di Inggris, terlihat dikelilingi oleh keluarga dan berbaris bersama mantan menteri luar negeri Australia dan perdana menteri New South Wales, Bob Carr.
Prancis, Inggris, dan Kanada dalam beberapa pekan terakhir telah menyuarakan, dalam beberapa kasus dengan syarat tertentu, niat untuk secara diplomatis mengakui negara Palestina di tengah meningkatnya kekhawatiran dan kritik internasional atas malnutrisi di Gaza.
Australia telah menyerukan diakhirinya perang di Gaza tetapi sejauh ini belum memutuskan untuk mengakui negara Palestina.
Namun, dalam pernyataan bersama dengan lebih dari selusin negara lain pada hari Selasa lalu, Australia menyatakan "kesediaan atau pertimbangan positif... untuk mengakui negara Palestina sebagai langkah penting menuju solusi dua negara".
Kerumunan pro-Palestina menerjang angin kencang dan hujan untuk berbaris melintasi jembatan, meneriakkan "gencatan senjata sekarang" dan "free Palestine".
Kepolisian New South Wales mengatakan telah mengerahkan ratusan staf tambahan di seluruh Sydney untuk mengamankan unjuk rasa tersebut.
Puluhan demonstran mengangkat spanduk berisi nama-nama ribuan anak Palestina yang tewas sejak perang Gaza meletus setelah serangan Oktober 2023.
Anggota parlemen dari Partai Buruh, Ed Husic, menghadiri pawai tersebut dan menyerukan agar partainya yang berkuasa, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anthony Albanese, mengakui negara Palestina.
Assange tidak berpidato di hadapan massa atau berbicara kepada media.
Israel berada di bawah tekanan internasional yang semakin besar untuk mengakhiri pertumpahan darah yang telah menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.