Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel Eyal Zamir pada Ahad (25/8/2025) mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menerima proposal pertukaran tahanan yang tengah diajukan, seraya memperingatkan bahwa pendudukan Kota Gaza menimbulkan "risiko serius" bagi nyawa para sandera. Seruan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan dari keluarga sandera Israel untuk mencapai kesepakatan guna membebaskan orang-orang yang mereka cintai.
Pada Kamis (21/8/2025), Netanyahu memerintahkan negosiasi segera untuk pembebasan semua sandera dengan tetap melanjutkan rencana untuk menduduki Kota Gaza dan merelokasi penduduknya. Pernyataan Netanyahu itu mengindikasikan bahwa ia mungkin mengupayakan kesepakatan dengan persyaratan baru, sementara para mediator menunggu tanggapan resmi darinya atas proposal Mesir-Qatar yang sebagian besar konsisten dengan perjanjian Israel sebelumnya dan baru-baru ini disetujui oleh Hamas.
Menurut Channel 12, proposal yang diajukan mediator, mencakup penempatan kembali pasukan Israel di dekat perbatasan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan, gencatan senjata sementara selama 60 hari yang akan berlangsung dalam dua tahap -pembebasan 10 sandera hidup dan 18 jenazah Israel dengan imbalan tahanan Palestina– dan diskusi mengenai pengaturan gencatan senjata permanen.
"Ada kesepakatan di atas meja, dan itu harus diambil sekarang," kata Zamir dalam pernyataan yang disiarkan Channel 13 Israel.
"Tentara telah menyediakan persyaratan untuk penyelesaiannya, dan keputusan sekarang ada di tangan Netanyahu."
Panglima Angkatan Darat itu kembali menyampaikan kekhawatirannya atas rencana pendudukan Kota Gaza. “Tentara memang mampu menduduki Gaza, tetapi operasi tersebut dapat membahayakan nyawa para sandera,” ujarnya.
Keluarga para sandera menyambut baik pernyataan Zamir. “Kepala staf mencerminkan tuntutan mayoritas publik Israel akan perjanjian komprehensif yang memulangkan 50 sandera dan mengakhiri perang,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Israel memperkirakan Hamas menyandera 50 orang, termasuk 20 orang yang masih hidup, sementara Tel Aviv menahan lebih dari 10.800 warga Palestina, di tengah laporan kelompok hak asasi manusia tentang penyiksaan dan pengabaian medis. Pada Jumat (22/8/2025), Menteri Pertahanan Israel Katz menyetujui rencana militer untuk menduduki Kota Gaza, dan berjanji akan melakukan serangan besar-besaran dan penggusuran penduduk.
sumber : Antara, Anadolu