Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menanggapi tuntutan para pengemudi angkutan barang terkait pungutan liar (pungli) di jembatan timbang yang kerap terjadi dalam penegakan aturan over dimension and over load (ODOL).
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) Kemenhub, Aan Suhanan, menyebut Kemenhub sedang menyiapkan sistem penegakan hukum berbasis teknologi informasi (IT). Sistem ini untuk menggantikan jembatan timbang yang dinilai sudah tidak efektif.
“Dari data yang kita dapatkan, di samping tadi ada terkait pungli data yang kita dapatkan hanya 0,3 persen saja yang masuk ke Jembatan Timbang. Artinya efektivitas Jembatan Timbang saat ini kurang efektif,” kata Aan dalam acara Press Background bertajuk Keselamatan Sebagai Prioritas Utama Transportasi di Kantor Kemenhub, Kamis (21/8).
Menurut Aan, teknologi yang sedang disiapkan berbasis Weigh in Motion (WIM), yakni alat timbang dinamis yang bisa menimbang kendaraan tanpa perlu berhenti. Sistem ini akan terintegrasi dengan kamera Automatic Number Plate Recognition (ANPR) mirip dengan teknologi tilang elektronik (ETLE) untuk merekam data nomor polisis kendaraan.
“Data ini akan digunakan, salah satunya untuk penegakan hukum. Ini untuk memenuhi juga tuntutan dari para pengemudi terkait ODOL, adanya pungli. Pungli ini terjadi karena ada interaksi antara petugas penegakan hukum dengan pengemudi, sehingga terjadi interaksi, terjadi tawar-tawar dan sebagainya,” ungkapnya.
Data kemudian akan dikirim ke database Kemenhub untuk mengetahui pemilik kendaraan tersebut. Selanjutnya dilakukan verifikasi, validasi, dan konfirmasi ke pemilik kendaraan, bahwa kendaraan nomor polisi melakukan pelanggaran overload atau kelebihan muat.
“Itu akan ada SOP nya nanti ya, SOP berapa hari kita sampai kepada pemblokiran STNK nantinya, kalau tidak bayar benda nantinya,” ungkapnya.
Aan juga menjelaskan alat timbang berbasis WIM tidak akan ditempatkan di Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) atau jembatan timbang, melainkan langsung di jalan raya. Dengan begitu, kendaraan yang lewat tetap bisa tertimbang secara otomatis.
“Pak Menteri kemarin menyampaikan bila perlu tempatan timbang tersebut ditutup. Karena itu efektivitasnya hanya 0,3 persen tapi kita akan melakukan terobosan dengan WIM tadi tetap bisa menindak tanpa harus masuk ke jembatan timbang,” tegasnya.