REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim menegaskan, peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia harus menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas terhadap bangsa Palestina. Terutama hingga kini Palestina masih berada dalam belenggu penjajahan.
Ia mengatakan, 80 tahun sudah bangsa Indonesia menghirup udara kemerdekaan, sebuah anugerah besar yang diraih dengan darah, keringat, dan air mata para pejuang. "Namun dalam peringatan kemerdekaan yang penuh syukur ini, hati kita masih tersayat oleh kenyataan pahit. Di belahan dunia lain, bangsa Palestina masih dijajah," ujar Sudarnoto, saat dihubungi Republika, Sabtu (16/8/2025).
Ia pun menyoroti penderitaan rakyat Palestina yang berkepanjangan akibat agresi Israel. Gaza hancur berkali-kali, rumah dan sekolah diratakan, bahkan anak-anak dan perempuan terus menjadi korban.
"Dunia seolah kehilangan nurani, sementara keadilan global kerap tumpul ketika berhadapan dengan kekuatan kolonialisme modern Amerika," ucapnya.
Karena itu, menurut Sudarnoto, bangsa Indonesia, yang sejak kelahirannya menolak segala bentuk penjajahan di atas dunia, tidak boleh tinggal diam. Apalagi, pembukaan UUD 1945 telah menegaskan bahwa, "sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
"Kalimat itu bukan sekadar retorika, melainkan janji sejarah yang menjadi ruh perjuangan bangsa. Kemerdekaan Indonesia tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan cita-cita kemerdekaan semua bangsa di dunia," kata Sudarnoto.
"Karena itu, memperjuangkan Palestina berarti menunaikan janji konstitusi, sekaligus meneguhkan jati diri Indonesia di panggung global," jelasnya.
Sudarnoto menyadari krisis Palestina bukan hanya soal politik, tetapi juga krisis kemanusiaan multidimensi. Ada penderitaan akibat blokade ekonomi, keterbatasan akses kesehatan, pendidikan yang hancur, serta trauma generasi muda yang tumbuh dalam kepungan perang.
"Dunia yang tidak adil melahirkan luka yang dalam, tidak hanya bagi rakyat Palestina, tetapi juga bagi nurani umat manusia," ujarnya.
Ia mengingatkan nilai-nilai kemerdekaan Indonesia harus terus dihidupkan dalam tiga hal penting. Pertama, solidaritas kemanusiaan dengan terus menyuarakan penderitaan Palestina di forum internasional dan memberikan bantuan nyata.
Kedua, menegakkan keadilan global dengan berani mengambil peran sebagai penggerak agar setiap bangsa bisa hidup merdeka. Ketiga, menjaga kedaulatan, karena pengalaman Indonesia menunjukkan kedaulatan adalah harga mati.
“Selama Palestina masih terjajah, kemerdekaan dunia belumlah utuh. Maka, mari kita rayakan kemerdekaan dengan penuh syukur, tetapi juga dengan keprihatinan yang mendalam. Syukur yang menumbuhkan tanggung jawab, dan keprihatinan yang mendorong kita untuk terus berdiri bersama Palestina,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan agar tidak ada pihak di Indonesia yang justru membela zionisme atau mengampanyekan pembelaan terhadap Israel. "Harus diyakinkan bahwa di Indonesia jangan ada warga, lembaga dan siapapun yang justru membela zionisme dan tampil di manapun melalui media apapun untuk mengkampanyekan pembelaan terhadap zionisme," katanya.
Sudarnoto berharap, bangsa Indonesia tidak pernah lelah menjadi suara bagi mereka yang dibungkam, menjadi sahabat bagi mereka yang ditinggalkan, dan menjadi saksi sejarah bahwa perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan universal.